Resolusi Anti Mainstream: Lebih Sering Main ke Hutan di 2022

Buat Anda yang memiliki resolusi hidup sehat di tahun depan, ada baiknya memasukkan agenda travelling ke hutan. Sebab, berdasarkan banyak penelitian, hutan bisa meningkatkan kesejahteraan manusia secara menyeluruh.

“Manusia benar-benar tidak bisa hidup tanpa hutan. Inilah mengapa kita perlu mulai sadar untuk terkoneksi kembali dengan hutan. Jika kita melakukan kegiatan bisnis seperti biasa, tanpa memperhatikan environmental value, kelestarian hutan akan sulit tercapai. Maka, investasi pada alam harus dilakukan sesegera mungkin,” kata Evita Izza Dwiyanti, Strategic Partnership Manager Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI).

Baca juga: Kabar Baru, Ganjil Genap di Jalan Tol Saat Nataru Batal

Dalam rangka membangun koneksi kembali dengan hutan, bagaimana kalau Anda mulai merancang jadwal main ke hutan?

Ada banyak benefit yang bisa didapatkan dari acara jalan-jalan ke hutan, lho, ini 5 di antaranya:

1. Bisa berinteraksi dengan satwa liar

Baru pertama kali masuk hutan, Nadine Alexandra, Putri Indonesia 2010, mendapatkan pengalaman menarik, yaitu melihat orangutan langsung di habitat alaminya. Menurut dia, mengamati orang utan di hutan dan orangutan di dalam kandang kebun binatang itu berbeda.

“Kalau di kebun binatang, kita sebagai manusia merasa aman karena hewannya berada dalam kurungan. Tempat tinggalnya masih di lingkungan manusia. Tapi, ketika berhadapan dengan penghuni hutan langsung di habitatnya, aku sangat menyadari aku harus menunjukkan sikap respek,” kata Nadine.

Respek yang dimaksud oleh Nadine adalah kita berada di lingkungan mereka dan harus menghargai batasan yang mereka buat. Misalnya, tidak boleh berisik dan teriak-teriak.

Karena, ketika melihat manusia, satwa liar tersebut masih belum bisa menentukan apakah manusia di depannya itu ancaman atau teman. Karena itu, ketika berada dekat mereka, kita harus menjaga keheningan sebagai tanda kita menghargai mereka, menghargai ruang mereka.

“Ini pengalaman berinteraksi yang luar biasa mengagumkan dan terasa dalam. Bukan interaksi dalam pengertian bisa menyentuh atau memberi makan, melainkan melihat mereka berlaku normal di habitatnya, tanpa menghiraukan keberadaan manusia.”

Evita menambahkan, saat mengikuti jungle trek di hutan-hutan Kalimantan Barat, dan kalau sedang beruntung, Anda bisa melihat hewan-hewan yang dilindungi dari kejauhan, termasuk orangutan dan owa. Apalagi, saat musim buah.

“Di Taman Nasional Gunung Palung, traveller bisa mengamati burung-burung eksotis melalui teropong,” katanya.

2. Mengasah jiwa petualang

Di kawasan Kalimantan Barat, bahkan di satu kawasan taman nasional, Anda bisa menemukan berbagai macam tipe ekosistem hutan, mulai dari hutan mangrove, hutan gambut, hutan dataran rendah, hingga hutan pegunungan.

Karena itu, hutan di sana menawarkan berbagai macam aktivitas, mulai dari yang ringan hingga yang ekstrem. Traveller juga bisa menemukan berbagai flora yang menarik, termasuk pohon yang diameternya hingga bermeter-meter.

Evita bercerita, di Kalimantan Barat ada empat taman nasional, dua di antaranya merupakan tempat ASRI bekerja untuk melestarikan hutan bersama pemerintah, yaitu Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.

Keduanya memberi kesempatan menjelajah hutan kepada traveller dengan keterampilan lapangan yang masih rendah hingga yang sudah tinggi. Misalnya, untuk traveler yang belum terampil trekking di hutan bisa memilih area hutan dataran rendah yang medannya cenderung mudah.

“Di TNGP ada wisata Lubuk Baji dan Batu Bulan. Jalur trekking-nya tergolong mudah hingga medium. Aktivitas yang ditawarkan adalah jungle trek. Kalau trekking ke Lubuk Baji, traveller akan menemukan air terjun yang sangat alami. Airnya yang sangat segar bisa diminum langsung,” kata Evita.

Selain itu, di hutan Kalimantan banyak masyarakat adat yang tinggal di sekitarnya, memungkinkan Anda untuk mempelajari keragaman budaya Dayak dan Melayu. Dua etnis ini mempunyai budaya berbeda, yang menarik untuk dipelajari. Karena itu, hutan menjadi tempat yang baik untuk bermacam kegiatan, termasuk fotografi, petualangan, bird watching, dan menyelami budaya.

Baca juga: Kenali 6 Ciri WhatsApp Telah Dibajak

3. Ikut sehatkan bumi

Manusia seharusnya hidup selaras dan harmonis dengan alam. Begitu Evita menegaskan. Manusia tidak bisa sehat tanpa alam yang sehat. Ketika alam sedang sakit, maka manusia juga pasti akan terdampak.

Sebagai contoh, ketika pohon di hutan ditebangi secara tidak bertanggung jawab demi memenuhi kebutuhan manusia, musibah banjir dan longsor terjadi di mana-mana. Manusia juga yang terkena dampak negatifnya, termasuk terkena macam-macam penyakit.

Dari pengalamannya masuk hutan, Nadine mendapatkan pelajaran berharga bahwa kesehatan manusia terkait erat dengan kesehatan bumi. Insight itu semakin jelas ketika mendengar cerita dari dr. Kinari Webb, salah satu pendiri ASRI.

“Kita, kan, suka banget makan gorengan, padahal kita tahu konsumsi gorengan berlebih itu tidak sehat bagi tubuh. Di saat bersamaan, dengan sering makan gorengan, maka minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit akan terus diproduksi. Artinya, lahan hutan akan terus dibuka untuk perkebunan kelapa sawit demi memenuhi tuntutan manusia. Kalau mengurangi makan gorengan, tubuh kita sehat, hutan sehat, bumi juga sehat,” kata Nadine.

Melihat pentingnya hutan bagi kesehatan semua pihak, kelestarian hutan perlu terus dijaga. Kalau ingin ikut berkontribusi, Anda bisa ikut program Adopsi Bibit yang ditawarkan sejumlah lembaga, termasuk ASRI.
Menariknya, ada program The Guardian Tree yang memungkinkan Anda memberi hadiah istimewa bagi teman yang baru punya bayi. Dengan program ini, Anda membeli bibit pohon, yang kemudian akan ditanam dan dirawat di dalam hutan. Harapannya, bayi dan bibit akan tumbuh bersama dan sama-sama memberi manfaat bagi semesta.

4. Meningkatkan kesehatan fisik

Hutan tak pernah berhenti menyediakan oksigen, yang menjadi faktor penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Ketika kita tidak menjaga hutan hingga kemudian terjadi kebakaran, manusia yang hidup di sekitarnya pasti merugi.

Mereka tidak bisa mendapatkan bahan makanan gratis dari hutan. Bahkan, orang yang hidup jauh dari lokasi kebakaran pun akan terdampak, misalnya mengalami gangguan kesehatan paru-paru.

“Kita bisa belajar banyak dari pandemi Covid-19 sekarang ini, yang diawali dari ketidakseimbangan manusia dengan alam liar, termasuk wildlife. Pandemi memberi pesan bahwa planet ini sedang sakit. Kalau kita tidak menjaga kelestarian hutan sekarang juga, di masa depan akan lebih banyak pandemi yang mungkin terjadi,” kata Evita.

Banyak studi menunjukkan bahwa bermain ke hutan akan membantu memperbaiki kondisi kesehatan, antara lain menormalkan tekanan darah, memperbaiki metabolisme, menurunkan tingkat gula darah, juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

5. Demi kesehatan mental

Bagi Nadine yang tinggal di hutan beton Jakarta, main ke hutan menjadi sebuah proses recharge yang membuatnya kembali segar. Ia merasakan, kehidupan mentalnya terpengaruh oleh kondisi perkotaan, termasuk polusi udara dan polusi suara. Pikirannya jadi cepat penat.

“Ketika ke hutan, kebisingan kota itu digantikan dengan suara serangga, suara hujan, suara angin. Aku bisa merasakan perbedaan besar dalam pikiranku. Hanya dengan menghabiskan waktu selama beberapa hari di hutan, aku seperti baru di-recharge. Aku merasakan sendiri hutan bisa membantu memulihkan kondisi mental,” katanya.

Baca juga: Tanpa Penyekatan, Kemenhub Bakal Gelar Razia Antigen Acak Saat Nataru

Saat berada di kota, bagi Nadine, semua terlihat penting, sehingga dia jadi stres. Namun, di belantara hutan ia justru bisa menyadari hal yang benar-benar penting dalam hidup. Inilah kenapa dia berharap bisa mengajak teman-temannya agar mereka merasakan hal yang sama.

Nadine memang tidak berlebihan. Menurut Evita, forest bathing mampu menghilangkan stres. Forest bathing, yaitu memanfaatkan seluruh panca indra saat berada di hutan, bisa membantu menghilangkan stres.

“Ini membuktikan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa hutan yang lestari. Stres yang mereda juga menunjukkan bahwa ketika kita kembali ke alam, kita merasa seperti pulang ke rumah dan merasa nyaman,” kata Evita.

Exit mobile version