15 Senjata Tradisional Aceh: Warisan Budaya dan Penggunaannya

JNEWS – Senjata tradisional Aceh yang paling terkenal adalah rencong. Saking melekatnya nama senjata ini, Aceh dijuluki bumi rencong atau tanah rencong.

Namun, sebenarnya tak hanya rencong. Aceh juga memiliki beberapa jenis senjata lain. Banyaknya jenis senjata tradisional di Aceh sebanding dengan banyaknya pahlawan kemerdekaan dari Aceh, seperti Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Teuku Umar, Teuku Cik Ditiro dan sebagainya.

15 Senjata Tradisional Aceh

Pada masa perjuangan melawan penjajah, senjata tradisional digunakan untuk berperang dan simbol kedudukan seseorang. Setelah masa kemerdekaan, senjata juga digunakan dalam upacara adat.

Berikut adalah 15 senjata tradisional Aceh yang perlu diketahui dan dilestarikan.

15 Senjata Tradisional Aceh: Warisan Budaya dan Penggunaannya

1. Rencong

Dikutip dari laman Aceh Prov, rencong disebut juga rincong atau rintjoeng. Rencong merupakan simbol keberanian, keperkasaan, pertahanan diri, dan kepahlawanan. Rencong sudah ada sejak awal kesultanan Islam pada abad ke-13. Pada zaman Kerajaan Aceh Darussalam, rencong selalu terselip di pinggang masyarakat Aceh sehingga membuat tentara Portugis was-was.

Rencong memiliki beberapa tingkatan penampilan. Rencong untuk Raja atau Sulthan dan Ratu atau Sulthanah memiliki sarung dari gading dan belati dari emas. Sedangkan untuk rakyat biasa, sarung rencong terbuat dari tanduk kerbau atau kayu dengan belati dari kuningan atau besi putih.

Baca juga: Resep Autentik Mie Aceh: Mengungkap Rahasia Kombinasi Bumbu dan Cara Memasak yang Tepat

2. Peudeung

Masih dikutip dari laman Aceh Prov, peudeung atau pedang digunakan untuk menyerang sehingga fungsinya lebih agresif daripada rencong. Jika rencong digunakan untuk menikam maka peudeung digunakan untuk mencincang.

Berdasarkan asalnya, peudeung di Aceh ada bermacam-macam, antara lain peudeung Habsyah dari Abbesinia, peudeung Poertugis dari Eropa Barat dan peudeung Turki yang berasal dari raja-raja Turki. Ada pula peudeung Zulpaka yang sering disebut-sebut para tetua berasal Saidina Ali Radhiallahu ‘anhu dan dipercaya memiliki kekuatan magis.

3. Sikin Panyang

Sikin panyang digunakan di wilayah Sumatra bagian utara, tidak hanya di Aceh. Di Aceh, sikin panyang ditemukan di Gayo dengan nama luju naru dan Alas dengan nama andar. Sikin panyang banyak sekali digunakan ketika terjadi Perang Aceh (1873 – 1900).

4. Perisai Awe atau Peurise Awe

Perisai awe digunakan pejuang Aceh untuk melawan penjajahan Belanda. Bentuk perisai awe berbentuk segi enam yang unik sehingga banyak dicari untuk dijadikan koleksi. Jika umumnya senjata tradisional Aceh berasal dari logam maka perisai awe berasal dari anyaman rotan dengan diameter 35-45 cm. Pada perisai ini terdapat satu hiasan kuningan besar sebagai pusatnya dan beberapa hiasan kuningan yang mengelilinginya.

5. Perisai Teumaga atau Peurise Teumaga

Perisai teumaga juga digunakan pejuang Aceh untuk melawan Belanda di abad ke-19. Perisai teumaga lebih kuat daripada perisai awe karena terbuat dari perunggu. Perisai ini berbentuk bundar dengan hiasan berbentuk segi enam. Diameter perisai teumaga sedikit lebih kecil daripada diameter perisai awe, yaitu sekitar 25-35 cm.

6. Siwah

Siwah lebih dahulu dikenal masyarakat Aceh sebelum rencong. Siwah mirip rencong namun lebih besar. Siwah digunakan untuk berperang melawan penjajah dan sebagai pelengkap pakaian para Ulee Balang. Sebagian siwah yang terbuat dari emas atau dihiasi permata. Karena itu, banyak peninggalan siwah dari zaman kerajaan yang hilang.

7. Reudeuh

Wujud reudeuh mirip golok yang ada di zaman sekarang. Reudeuh cocok digunakan dalam perkelahian satu lawan satu dengan penjajah karena ramping, tipis dan ringan. Bentuknya melengkung sehingga tidak mudah lepas dari tangan. Gagang reudeuh memiliki motif yang unik untuk menambah kenyamanan penggunanya.

8. Kliwang

Bentuk kliwang mirip dengan kelewang yang dikenal oleh masyarakat Indonesia lainnya, hanya saja lebih ramping. Senjata sabet ini ada 2 macam, yaitu kliwang Tauhaj Gejong dengan panjang 1 meter dan kliwang Lipeuh Ujong dengan panjang 90 sentimeter. Bagian ujung kliwang Tauhaj Gejong lebih tebal dibandingkan bagian pangkal, sedangkan bagian ujung dan pangkal kliwang Lipeuh Ujong sama-sama tipis.

9. Geuliwang

Geuliwang juga seperti kelewang tetapi kegunaannya lebih sebagai alat bantu kegiatan sehari-hari seperti menyembelih hewan. Dahulu geuliwang juga dijadikan senjata untuk menyerang atau mempertahankan diri terhadap musuh. Bentuk geuliwang menyerupai parang yang panjang dengan gagang dari tanduk kerbau.

10. Tumbak

Aceh juga memiliki senjata berupa tumbak atau tombak. Senjata dengan pegangan sangat panjang ini dahulu digunakan dalam perang. Namun setelah masa merdeka, tombak digunakan sebagai alat bantu pertanian, yaitu untuk menombak babi hutan yang mengganggu tanaman pertanian. Tombak dari Aceh ini memiliki ciri khas berupa mata tombak yang runcing dengan gagang yang sangat panjang mencapai 1,5-2 meter.

11. Peudeung Tumpang Jingki

Ini merupakan salah satu jenis peudeung yang berfungsi sebagai senjata jenis tetak. Gagang peudeung terbuat dari tanduk dengan sarung dari besi yang diukir menggunakan motif sisik nanas. Panjang keseluruhan senjata ini 70 cm dengan penampilan yang kokoh. Mulut gagang peudeung ini seperti terbuka.

12. Tumbok Lade

Tumbok lade atau tumbuk lada merupakan senjata khas masyarakat Tamiang berbentuk pisau panjang. Tumbok lade adalah senjata tradisional Aceh yang sudah terdaftar sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) di DJKI Kemenkumham. Umumnya perajin tumbok lade merupakan perajin turun temurun. Yang memberdakan tumbok lade dengan senjata lain adalah bagian ujung pisau ini tidak runcing.

13. Meucugek

Meucugek atau cugek (lengkungan) merupakan senjata tikam sejenis rencong dengan gagang siku-siku (90°). Gagang tersebut melengkung sepanjang 8-10 cm. Senjata tradisional Aceh ini digunakan untuk perkelahian satu lawan satu. Pada gagang cugek terdapat penahan dan perekat sehingga memudahkan untuk menyergap dan menikam lawan serta mencabutnya kembali.

Baca juga: Rumah Adat Aceh: Keunikan dan Makna dalam Arsitekturnya

14. Mekhemu

Mekhemu adalah senjata tradisional Suku Alas yang berbentuk pedang. Dahulu mekhemu digunakan sebagai peralatan utama dalam kesenian peulebat. Peulebat adalah seni berkelahi untuk menunjukkan keperkasaan seseorang dan keahliannya memainkan pedang. Namun kesenian ini menimbulkan banyak korban karena mekhemu sangat tajam. Ketika Belanda menguasai Tanoh Alas pada tahun 1904, penggunaan mekhemu dilarang dan diganti dengan bambu yang sudah diraut.

15. Pudoi

Pudoi adalah senjata tikam berukuran pendek dan lurus sehingga sering dianggap sebagai rencong yang belum jadi. Bilah pudoi terbuat dari besi, sedangkan gagangnya terbuat dari tanduk rusa atau hewan lainnya. Biasanya kolektor tertarik dengan pudoi yang gagangnya memiliki ukiran yang unik, dari flora hingga kaligrafi.

Senjata tradisional Aceh sangat beragam, namun kebanyakan berupa senjata tikam untuk perkelahian atau peperangan jarak dekat. Senjata-senjata itu dapat dilihat di museum atau menjadi koleksi pribadi. Umumnya senjata tersebut memiliki sejarah perjuangan atau ukiran dan hiasan yang menarik.

Exit mobile version