Setahun dua tahun berjalan dan bekerja di JNE, secara pribadi Slamet merasa sangat cukup dengan kompensasi dan benefit yang diberikan perusahaan. Kepuasan itu juga ditunjukkan dengan kinerja yang baik dan maksimal dari dirinya.
Ia pun melakukan flashback ke masa lalu, terpikir bagaimana perjuangan nenek, kakek dan ibunya dan keinginannya untuk mampu menyantuni anak yatim dan duafa. Maka setiap gajian selalu ia sisihkan uang gajinya untuk membeli beberapa sembako dan diberikan ke anak yatim dan duafa. Tidak hanya itu, setiap uang makan dan transportnya keluar, ia juga kerap menyisihkannya untuk bersedekah.
Hal itu rutin ia lakukan sampai ia memiliki tanggung jawab sebagai suami di tanggal 05 Mei 2017. Setelah ia menikah dan memiliki satu anak, ia juga tidak pernah memanjakan istri dan anaknya dengan makanan enak dan jalan-jalan ke mall.
Ia malah mengajak anak dan istrinya ikut kegiatan berbagi untuk mengisi waktu liburan bersama, karena Slamet merasa itu adalah hal yang baik untuk memanfaatkan waktu luang. Slamet juga kerap memposting kegiatan berbaginya di FB dan status WA mencoba menggeser pola pikir tentang kebahagiaan para pemuda di zaman milenial ini.
Baca Juga : JNE Pastikan Kabar Terafiliasi pada Organisasi Tertentu adalah HOAX
Namun beberapa hari berjalan ia mengalami mimpi yang penuh dengan pesan spiritual, ia bermimpi menghadapi kematian, layaknya orang yang meninggal, dikubur dan di dalam kubur itu ia di datangi oleh banyak orang yang susah, kesulitan, kelaparan, terlihat orang-orang itu mendekatinya meminta tolong.
Slamet merasa sangat takut di tengah kesempitan kubur, kemudian ia merasa sulit bernafas, lalu terbangun namun seperti orang linglung. Lalu ia menceritakan mimpi itu kepada istrinya, dan ia mencoba berpikir positif bahwa, banyak sekali orang yang membutuhkan, sementara yang mampu ia berikan hanya sedikit.
Ia pun berpikir untuk mengajak teman-teman satu unitnya untuk berdonasi. Niatnya tentu berjalan dengan mulus, beberapa rekan kerjanya kurang lebih 5 orang ikut bergabung dan berdonasi. “Saya rasa jika saya bergerak sendiri, hasilnya akan sedikit, namun jika berjamaah saya yakin hasilnya lebih banyak dan bisa lebih menguatkan keimanan” tambah Slamet.
Slamet selalu menyampaikan kepada teman-temannya bahwa jika tidak ada uang, masih ada tenaga, maka ikut saja dulu karena disana ada pembinaan karakter secara tidak langsung. Dia meyakinkan kepada teman-temanya bahwa ketika melakukan kegiatan berbagi, ada rasa tenang di hati dan selalu ada kemudahan dari Allah untuk semua masalah dan ujian dalam hidup ini.
Maka dari komitmen bersama teman-temannya, tercetuslah nama PPAD (Pemuda Pecinta Anak Yatim dan Duafa) pada bulan Juni 2017. Hingga saat ini komunitas PPAD senantiasa melakukan kegiatan rutin dua kali dalam satu bulan. Partisipan PPAD sekarang tidak hanya dari unit outbond saja namun sudah menjalar ke unit lain seperti GA, Inbound, Finance, Customer Care, HC dan pemuda di luar JNE Medan.
Baca Juga : JNE Jayapura Makin Banyak Tangani Kiriman Jelang Natal dan Tahun Baru