Taman Sari Jogja: Sejarah, Arsitektur, dan Panduan Berkunjung

JNEWS – Taman Sari Jogja adalah salah satu tempat wisata yang terkenal di Yogyakarta. Dikenal sebagai taman kerajaan, Taman Sari menawarkan perpaduan antara sejarah dan arsitektur yang unik. Didirikan pada abad ke-18, tempat ini awalnya berfungsi sebagai tempat peristirahatan dan rekreasi bagi keluarga sultan.

Sekarang, Taman Sari menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan dan keunikan bangunan bersejarah.

Sejarah Taman Sari Jogja

Taman Sari Jogja: Sejarah, Arsitektur, dan Panduan Berkunjung

Kraton Yogyakarta didirikan oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1755 sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Yogyakarta. Sebagai ibu kota kerajaan, struktur Kota Yogyakarta memang sudah direncanakan dengan baik. Termasuk di dalamnya ada pengelompokan profesi dan fasilitas penunjang kerajaan.

Salah satunya adalah Taman Sari, tempat istirahat Sultan Yogya dan keluarganya. Taman Sari terletak sekitar 0,5 km di selatan Keraton Yogyakarta. Menurut penjelasan Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Taman Sari Jogja dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1757, menggabungkan arsitektur Jawa dan Portugis.

Selain Taman Sari, ada pesanggrahan lain seperti Warung Boto, Manukberi, Ambarbinangun, dan Ambarukmo, yang berfungsi sebagai tempat tetirah dan meditasi Sultan serta keluarganya. Selain sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan ini juga memiliki komponen pertahanan.

Istana Air ini bukan hanya taman yang indah, tetapi juga tempat perlindungan. Saat musuh menyerang, Sultan dan keluarganya bisa menyelamatkan diri melalui jalan bawah tanah. Setelah aman, pintu air dibuka sehingga air mengaliri jalan tersebut dan menenggelamkan musuh yang mengejar.

Baca juga: Berkenalan dengan Jogja Heritage Track untuk Menelusuri Keindahan Sejarah Jogja

Bagian-Bagian dalam Taman Sari

Pada awalnya, Taman Sari Jogja menempati area seluas 10 hektare dan memiliki 57 bangunan. Saat ini, luas kompleks ini telah banyak berkurang karena gempa besar yang menghancurkan sebagian besar bangunannya. Sejumlah bangunan telah dijadikan tempat tinggal oleh warga setempat, sementara sebagian lainnya dilestarikan sebagai objek wisata.

Bangunan-bangunan tersebut dijelaskan sebagai berikut, mengutip dari situs resmi Keraton Yogyakarta.

Sumber: kratonjogja.id

1. Pulo Kenanga

Pulo Kenanga, juga disebut Pulo Cemeti, adalah pulau buatan di tengah-tengah segaran. Segaran adalah kata dalam bahasa Jawa yang berarti laut buatan. Selain digunakan untuk memelihara berbagai jenis ikan, segaran ini juga digunakan oleh keluarga kerajaan untuk bermain sampan. Saat ini, lokasi segaran telah berubah menjadi Pasar Ngasem dan area pemukiman penduduk.

Di Pulo Kenanga terdapat sebuah gedung berlantai dua yang dikelilingi tanaman kenanga (Cananga odorata), disebut Gedhong Kenanga. Gedung ini cukup tinggi, sehingga orang dapat melihat kawasan Keraton Yogyakarta dari atasnya. Gedhong Kenanga tampak seperti mengambang di atas air, sehingga dikenal dengan istilah Istana Air (Water Castle).

Di sebelah selatan Pulo Kenanga terdapat bangunan kecil yang disebut Tajug. Bangunan ini berfungsi sebagai ventilasi udara untuk terowongan bawah air, yang menjadi jalan masuk menuju Pulo Kenanga tanpa menggunakan sampan.

2. Pulo Panembung

Pulo Panembung adalah pulau buatan yang terletak di sebelah selatan Pulo Kenanga. Di sini berdiri Gedhong Panembung, sebuah bangunan berlantai dua. Sultan menggunakan tempat ini untuk berkontemplasi dan bermeditasi.

Nama Panembung berasal dari kata “nembung”, yang berarti memohon. Di dalam gedung ini terdapat Sumur Gumantung, sebuah sumur yang tampak menggantung di atas tanah.

3. Sumur Gumuling

Sumur Gumuling berada di sebelah barat Pulo Kenanga. Dari luar, bangunan ini terlihat seperti menara bulat yang berada di tengah air. Fungsi utamanya adalah sebagai masjid, dan hanya bisa diakses melalui terowongan bawah air yang disebut urung-urung.

Bangunan ini memiliki dua lantai, masing-masing dengan ceruk di dinding yang berfungsi sebagai mihrab, tempat imam memimpin ibadah. Di pusat bangunan terdapat empat undakan yang bertemu di tengah, dengan tangga yang mengarah ke lantai dua. Di bawah pertemuan undakan ini terdapat kolam kecil yang dulu digunakan untuk berwudhu.

4. Gedhong Gapura Hageng

Gedhong Gapura Hageng, atau Gapura Agung, dulunya merupakan pintu gerbang utama Taman Sari. Gerbang ini dihiasi relief burung dan bunga yang menunjukkan tahun pembuatan Taman Sari, yaitu 1691 Jawa atau 1765 Masehi.

Di balik gapura terdapat tangga menuju pelataran di atas gedhong, dari mana pemandangan di bawah gapura bisa terlihat. Gerbang ini awalnya berhiaskan patung empat naga dengan ekor saling melilit, merujuk tahun 1684 Jawa sebagai tahun pendirian gapura.

5. Gedhong Lopak-Lopak

Ke arah timur dari Gapura Agung, terdapat pelataran berbentuk segi delapan. Dahulu, di tengah pelataran ini terdapat menara pengawas berlantai dua bernama Gedhong Lopak-Lopak. Di sekelilingnya ditempatkan pot-pot bunga besar serta kebun buah dan bunga.

6. Pasiraman Umbul Binangun

Pasiraman ini adalah kolam pemandian bagi Sultan, istri, dan putri keraton. Terdapat tiga kolam di sini, masing-masing dengan mata air berbentuk jamur. Kolam Umbul Kawitan digunakan oleh putri raja, Umbul Pamuncar untuk istri dan selir raja, dan Umbul Panguras khusus untuk Sultan.

Di antara Umbul Pamuncar dan Umbul Panguras terdapat menara yang hanya boleh dinaiki oleh Sultan untuk melihat pemandian dari jendela. Kompleks ini juga memiliki bilik-bilik untuk berganti pakaian dan beristirahat.

7. Gedhong Sekawan

Di sebelah timur Umbul Binangun terdapat halaman segi delapan dengan empat bangunan serupa yang disebut Gedhong Sekawan. Bangunan ini adalah tempat istirahat Sultan dan keluarganya.

8. Gedhong Gapura Panggung

Di sebelah timur Gedhong Sekawan, terdapat bangunan yang berfungsi sebagai gerbang. Bagian atas gapura ini memiliki panggung menghadap ke barat, tempat raja mendengarkan gamelan atau menonton pertunjukan. Panggung ini dapat dicapai melalui tangga di sisi kanan atau kiri gapura, yang masing-masing dihiasi relief naga. Gapura ini sekarang menjadi pintu masuk objek wisata Taman Sari Jogja.

9. Bangunan-Bangunan Lainnya

Selain bangunan-bangunan di atas, juga ada banyak bangunan lain di dalam kompleks Taman Sari dengan fungsinya masing-masing.

Sebut saja:

Panduan Berkunjung

Taman Sari Jogja buka setiap hari. Jam operasionalnya mulai pukul 09.00 hingga 15.00 WIB. Tiket masuknya berbeda untuk wisatawan domestik dan internasional. Harga tiket untuk wisatawan domestik adalah Rp5.000 per orang, sedangkan untuk wisatawan asing adalah Rp15.000 per orang. Ada biaya tambahan sebesar Rp 3.000 per orang untuk mengambil foto selain dengan handphone.

Wisatawan juga bisa menyewa jasa pemandu untuk mengetahui lebih banyak tentang sejarah Taman Sari. Biaya jasa pemandu adalah Rp50.000 per orang. Pemandu akan menemani wisatawan dan menjelaskan sejarah serta kegunaan bangunan Taman Sari sewaktu masih berfungsi.

Baca juga: Rute Wisata Jogja Satu Hari: Menjelajahi Tempat-Tempat Menarik dalam Sehari

Mengunjungi Taman Sari Jogja bukan hanya tentang menikmati keindahan arsitektur dan sejarahnya, tetapi juga merasakan atmosfer kerajaan yang masih terasa hingga kini.

Dengan segala daya tariknya, Taman Sari menjadi destinasi yang tak boleh dilewatkan saat berada di Yogyakarta. Pastikan untuk merencanakan kunjungan dengan baik agar pengalaman yang didapat semakin berkesan.

Exit mobile version