7 Tempat Wisata Bersejarah di Indonesia yang Menjadi Saksi Sejarah Kolonial Belanda

JNEWS – Indonesia menyimpan banyak tempat wisata bersejarah yang menjadi saksi bisu masa kolonial Belanda. Bangunan megah dengan arsitektur khas Eropa, benteng-benteng kokoh, hingga kawasan kota tua masih berdiri hingga kini.

Setiap sudutnya membawa cerita perjuangan dan jejak perdagangan yang pernah menghubungkan Nusantara dengan dunia luar. Tempat-tempat ini bukan hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga pengingat perjalanan panjang bangsa.

Tempat Wisata Bersejarah: Bukti Pendudukan Kolonial Belanda Berabad Lamanya

Sejarah panjang penjajahan Belanda terlihat jelas di beberapa lokasi yang pernah menjadi pusat pemerintahan, perdagangan, hingga pertahanan. Kawasan seperti Kota Tua Jakarta, Benteng Rotterdam di Makassar, hingga Lawang Sewu di Semarang menghadirkan pesona sejarah yang tak lekang oleh waktu.

Melalui sederet tempat wisata bersejarah ini, kisah masa lalu seolah hadir kembali, memberikan pelajaran berharga tentang ketahanan dan identitas bangsa.

1. Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg di Yogyakarta adalah tempat wisata bersejarah, khususnya pada masa kolonial Belanda. Dibangun pada tahun 1760 atas permintaan Belanda kepada Sultan Hamengkubuwono I, benteng ini awalnya berfungsi untuk mengawasi aktivitas Kesultanan Yogyakarta.

Benteng ini sebelumnya bernama Rustenburg yang berarti tempat peristirahatan. Setelah mengalami renovasi pasca gempa tahun 1867, namanya diubah menjadi Vredeburg yang berarti benteng perdamaian. Selama pendudukan Jepang, benteng ini digunakan sebagai markas militer. Setelah Indonesia merdeka, Benteng Vredeburg berfungsi sebagai markas Tentara Nasional Indonesia sebelum akhirnya diresmikan sebagai museum pada tahun 1992.

Di museum ini terdapat beragam diorama dan koleksi bersejarah, menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia dari masa kolonial hingga kemerdekaan. Benteng Vredeburg terletak di Jalan Margo Mulyo No. 6, Yogyakarta, tepat di jantung kota dan berdekatan dengan Malioboro serta Keraton Yogyakarta.

Baca juga: 7 Kota Tua di Indonesia yang Wajib Dikunjungi Pencinta Sejarah

2. Lawang Sewu

Lawang Sewu berarti seribu pintu dalam bahasa Jawa. Dinamai demikian karena bangunan ini memiliki banyak pintu dan jendela besar, meskipun jumlahnya tidak mencapai seribu. Tempat wisata bersejarah ini adalah ikon di Semarang, Jawa Tengah. Lokasinya ada di Jalan Pemuda, Sekayu, Semarang Tengah, tepat di seberang Tugu Muda.

Dibangun pada tahun 1904, Lawang Sewu awalnya berfungsi sebagai kantor pusat Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api swasta Belanda. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai penjara. Ruang bawah tanahnya konon menjadi tempat penyiksaan. Setelah kemerdekaan Indonesia, Lawang Sewu menjadi saksi Pertempuran Lima Hari di Semarang pada Oktober 1945.

3. Istana Bogor

Istana Bogor merupakan salah satu dari enam istana kepresidenan Indonesia, dibangun pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff. Selama masa kolonial, tempat wisata bersejarah ini menjadi kediaman resmi bagi 38 gubernur jenderal Belanda dan satu gubernur jenderal Inggris dari tahun 1870 hingga 1942.

Istana Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Istana Bogor terkenal dengan arsitektur kolonialnya yang elegan dan taman yang luas. Bangunan ini merupakan bagian dari Kebun Raya Bogor. Salah satu daya tarik utamanya adalah keberadaan rusa-rusa totol yang didatangkan dari Nepal, yang bebas berkeliaran di halaman istana.

Tempat Wisata Bersejarah di Indonesia Fort Rotterdam

4. Fort Rotterdam

Fort Rotterdam sering juga disebut Benteng Ujung Pandang. Tempat wisata bersejarah ini berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan. Dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-10, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung, benteng ini awalnya berfungsi sebagai pertahanan Kerajaan Gowa-Tallo.

Setelah kekalahan Kerajaan Gowa dalam Perjanjian Bongaya tahun 1667, benteng ini diserahkan kepada VOC dan dinamai Fort Rotterdam, sesuai kota kelahiran Laksamana Cornelis Speelman. Benteng ini kemudian menjadi pusat administrasi kolonial Belanda di Indonesia timur.

Benteng ini memiliki arsitektur unik berbentuk penyu, melambangkan filosofi Gowa yang ingin menguasai darat dan laut. Di dalam kompleksnya, terdapat Museum La Galigo yang menyimpan berbagai artefak sejarah dan budaya Sulawesi Selatan. Fort Rotterdam terletak di Jalan Ujung Pandang No. 1, Kelurahan Bulogading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.

5. Benteng Oranje

Tempat wisata bersejarah ini berlokasi di Jalan Hasan Boesoeri, Kelurahan Gamalama, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate. Dibangun pada tahun 1607 oleh VOC di atas reruntuhan benteng peninggalan Portugis yang sebelumnya dikenal sebagai Benteng Melayu.

Setelah dibangun oleh VOC, Benteng Oranje menjadi markas utama mereka di Maluku dan pusat administrasi kolonial Belanda di Indonesia bagian timur. Benteng ini juga menjadi tempat pengasingan beberapa tokoh penting, seperti Sultan Mahmud Badaruddin II dari Palembang.

Benteng ini memiliki arsitektur khas kolonial dengan dinding tebal dan bastion di setiap sudutnya. Dulunya, benteng ini berada di tepi pantai, namun kini berada di tengah kota akibat reklamasi pantai.

6. Benteng Belgica

Benteng Belgica di Banda Neira, Maluku, dibangun pada tahun 1611 oleh VOC. Fungsi tempat wisata bersejarah ini adalah sebagai pertahanan strategis bagi Belanda dalam menguasai perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Banda.

Awalnya, benteng ini dibangun oleh Portugis dan diberi nama Fortaleza de São Pedro. Setelah VOC mengambil alih, benteng direnovasi dan diberi nama Fort Belgica. Benteng ini menjadi pusat pertahanan Belanda di Banda Neira dan mengalami beberapa kali serangan, termasuk dari Inggris yang sempat menguasainya pada tahun 1796 dan 1810.

Benteng Belgica memiliki bentuk unik berupa pentagon dengan lima bastion di setiap sudutnya. Kesannya megah dan kokoh. Lokasinya yang berada di atas bukit, sehingga memiliki pemandangan indah ke arah laut dan Gunung Api Banda.

Benteng Belgica terletak di Pulau Neira, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Untuk mencapai benteng ini, pengunjung dapat berjalan kaki sekitar 500 meter dari Pelabuhan Banda Neira atau menggunakan ojek dengan tarif terjangkau.

Baca juga: Jejak Sejarah di Banda Neira: Dari Benteng Belanda hingga Warisan Budaya

7. Kota Tua Jakarta

Kota Tua Jakarta membentang dari Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kampung Luar Batang di sebelah utara hingga kawasan Glodok Pecinan di ujung selatannya. Tempat wisata bersejarah ini juga dikenal sebagai Oud Batavia.

Kawasan bersejarah ini merupakan saksi perkembangan Jakarta sejak era kolonial. Terletak di Jakarta Utara dan Jakarta Barat, kawasan ini dulunya merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan VOC pada abad ke-17.

Pada tahun 1619, VOC di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen merebut Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia. Kota ini kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara. Kota Tua menjadi pusat pemerintahan dan aktivitas ekonomi selama masa kolonial Belanda, dengan pembangunan infrastruktur seperti kanal dan benteng yang masih dapat dilihat hingga kini.

Mengunjungi tempat wisata bersejarah di Indonesia bukan hanya soal menikmati keindahan arsitektur. Bagaimana negeri ini sekarang, terbentuk dari sejarahnya yang panjang di masa lalu.

Jejak kolonial Belanda yang masih terlihat di berbagai lokasi ini menjadi pengingat tentang masa lalu sekaligus inspirasi untuk menjaga warisan sejarah bangsa.

Exit mobile version