Tips Isolasi Mandiri ala Dokter Reisa

 

Kasus Covid-19 di Indonesia setiap hari makin meningkat. Meski sudah diterapkan PPKM Darurat, namun pada kenyatannya penularan varian delta yang merupakan mutasi terbaru sudah terlanjut terlalu masif.

Namun demikian, dari beberapa penelitian dikabarkan varian delta dari Covid-19 ini tak begitu mematikan, khususnya bagi yang tak memiliki komorbit. Hanya saja penularannya jauh lebih masif dan hal ini yang membuat angka paparan melonjak tinggi.

Bagi masyarakat yang terpapar setelah mengetahui hasil tes antigen atau PCR positif namun tanpa gejala atau hanya ringan dan tam membutuhkan bantuan medis, sejauh ini lantaran kapasitas rumah sakit dan tempat isolasi yang penuh, disarankan melakukan isolasi mandisi alias isoman.

BACA JUGA : Cuma 742 Lab PCR dan Antigen yang Sah Jadi Syarat Terbaru Naik Pesawat

Ilustrasi rapid test antigen
Ilustrai rapid test antigen/dok. alodokter

Namun demikian, ketika melakukan isolasi mandiri, ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan. Hal ini disampaikan oleh Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Broto Asmoro.

“Apabila itu terjadi kita disarankan isolasi mandiri. Tapi ingat, isolasi mandiri bukan berarti kita sendirian tanpa bantuan orang lain. Isolasi boleh mandiri tetapi sembuh kembali negatif COVID-19 tidak harus sendiri,” ujar Reisa.

Selanjutnya, Reisa juga menyarankan agar saat melakukan isoman di rumah, warga tetap melapor ke Ketua Rukun Tetangga (RT) atau Ketua Rukun Warga (RW) atau satgas setempat. Hal ini dilakukan guna meneruskan laporan ke Puskesmas terdekat.

Menurut Reisa, ada baiknya pada tahap ini, setelah hasil tes didapat, segera membuka kontak dengan dokter dari pelayanan jasa kesehatan daring atau telemedis yang akan memandu dan memberi saran selama masa isoman.

“Kabar baik bagi warga Jabodetabek, ada 11 penyedia jasa layanan telemedis sudah akan siap memberikan konsultasi bahkan obat-obatan dan vitamin gratis karena sudah menjalin kerja sama dengan Kementerian Kesehatan,” katanya.

Reisa juga mengingatkan agar pilih lokasi isolasi mandiri yang terpisah, dan tidak memungkinkan kontak dengan anggota keluarga. Pastikan ruangannya bersih, ventilasi, dan sirkulasi udara tempat isoman tersebut bagus.

Selain itu, jangan berbagi alat makan dan alat mandi. Bahkan perlengkapan ibadah jauh lebih baik bila bawa sendiri dan tak kalah penting siapkan stok vitamin dan suplemen lainnya.

BACA JUGA : JNE Gelar Program Vaksin Gratis Nih, Ayo Segera Ikutan!

 

“Pastikan yang sudah ada izin Badan POM, serta konsultasi dan minta resep dokter apabila perlu obat-obatan lainnya. Jangan lupa banyak minum air matang dan bersih atau air mineral agar tidak dehidrasi dan konsumsi hanya makanan bergizi seimbang,” ucap doktor cantik tersebut.

Lebih lanjut, penting juga pelaku isoman untuk memeriksa kadar oksigen, karen itu dianjurkan untuk menyiapkan oximeter untuk mencatat saturasi oksigen di tubuh, termometer untuk periksa suhu badan, dan kalau bisa alat pengukur tensi darah.

Dia jua menambahkan, kalau merasa fit bawa alat olahraga ringan dan pastikan alat komunikasi seperti telepon genggam selalu siap pakai. Hal ini penting karena selama 10 hari atau sesuai anjuran dokter yang mengawasi, tidak boleh kontak, bertemu langsung dengan siapapun termasuk anggota keluarga. Masa selesai isolasi diputuskan oleh dokter yang mengawasi bukan keputusan pribadi.

“Biasakan matahari masuk ke tempat isolasi dan biasakan berjemur minimal 30 menit setiap harinya. Jadwalkan konsultasi dengan dokter selama masa isoman, dokter bisa merujuk ke RS apabila timbul gejala berat. Hal ini adalah hal terakhir yang diinginkan, Insya Allah, apalagi kita sudah menerapkan langkah-langkah tadi, kondisi tubuh makin membaik, imunitas melawan dengan agresif serangan si virus dan kita segera kembali negatif,” ujarnya.

Exit mobile version