Indonesia adalah negara yang rawan bencana karena berada di Ring of Fire dan pertemuan 3 lempeng bumi. Gempa bumi sering terjadi, baik karena aktivitas vulkanik maupun pergeseran lempeng bumi, baik besar maupun kecil.
Banyak yang sudah menjadi korban. Yang selamat berusaha untuk terus hidup tanpa ketakutan yang berlebihan. Karena itu, penting sekali untuk mengetahui cara anggota keluarga saling menguatkan agar tidak trauma.
Muhammad Hidayat, Dosen Psikologi dari Universitas Ahmad Dahlan, dalam laman www.uad.ac.id mengatakan bahwa pada lokakarya Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia ada semacam kesepakatan untuk menggunakan istilah dukungan psikososial dan dukungan kesehatan jiwa dibandingkan trauma healing karena akibat gempa bagi para penyintas berbeda.
Baca juga: Tak Perlu Panik, Ini 6 Cara Selamatkan Diri Saat Gempa Bumi
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa keluarga yang memiliki pendidikan dan kasih sayang yang baik akan memiliki daya untuk bangkit yang lebih baik. Sebaliknya, keluarga yang kurang memiliki kasih sayang, ditambah trauma lain di masa lalu, akan rentan menghadapi bencana. Kelompok lain yang juga rentan adalah anak-anak, lansia dan ibu hamil.
Selain terapi dan konseling secara berkala, antar anggota keluarga bisa saling menguatkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut caranya.
Cara Anggota Keluarga Saling Menguatkan Akibat Trauma Gempa Bumi
Harus Ada yang Memimpin
Ini merupakan tahapan yang paling sulit. Seharusnya kepala keluarga yang memimpin. Tapi kadang kepala keluarga juga menjadi korban. Dengan demikian, siapa pun dalam keluarga bisa mengambil inisiatif untuk memimpin.
Pemimpin keluarga akan mengembalikan fokus bersama untuk keluar dari situasi yang membingungkan pasca gempa dan pemulihannya. Pemimpin keluarga juga bisa mengarahkan anggota keluarga yang kuat untuk menemani yang rentan.
Terus Beraktivitas Rutin
Beraktivitas rutin memang hanya pengalihan, tidak benar-benar menghilangkan ketakutan. Namun setidaknya, dengan beraktivitas rutin, korban gempa tidak banyak melamun dan mengkhawatirkan banyak hal.
Anggota keluarga yang lebih kuat harus berinisiatif mengajak anggota keluarga yang lebih rentan untuk beraktivitas. Pilihlah aktivitas yang tidak menimbulkan banyak stres.
Memberi Waktu pada Semua Orang
Waktu yang diperlukan untuk pemulihan tidak sama bagi semua orang, tapi semua orang membutuhkannya. Bahkan anggota keluarga yang terkuat pun membutuhkannya.
Karena itu, anggota keluarga yang terkuat harus memperhatikan dirinya sendiri terlebih dahulu dengan memberi ruang pada dirinya untuk mencerna apa yang terjadi. Jika terpaksa harus langsung mendukung semua anggota keluarga, selipkan waktu sebentar untuk sendiri.
Anggota keluarga yang rentan jangan dipaksa untuk langsung bangkit. Dengan berjalannya waktu, sambil melakukan rutinitas dan mungkin juga dibantu dengan konseling, sedikit demi sedikit keyakinan dirinya akan pulih.
Semua Orang Boleh Bercerita
Cara anggota keluarga mengekspresikan ketakutannya akan gempa bumi bermacam-macam. Ada yang langsung tampak di wajah atau perilaku, ada yang diam saja dan memendamnya. Ketakutan yang ada di dalam diri tersebut harus dikeluarkan dengan cara bercerita.
Cara anggota keluarga bercerita juga bermacam-macam. Ada yang bisa lancar bercerita kepada siapa saja di rumah. Ada yang hanya nyaman bercerita dengan ibu. Ada yang bercerita melalui gambar atau tulisan. Ada pula yang baru bisa bercerita melalui pillow talk.
Jika ada yang diam saja, sebaiknya mengutus anggota keluarga yang dekat dengannya untuk sedikit demi sedikit membuatnya bercerita agar beban perasaannya berkurang.
Memahami Peristiwa Gempa Bumi
Orang yang mengalami trauma atau stres adalah orang yang tidak siap menghadapi kenyataan. Memahami bagaimana peristiwa gempa bumi terjadi dan mitigasi bencana akan mendorong anggota keluarga untuk menerima keadaan sehingga ada pemulihan.
Takut itu boleh, karena pada dasarnya merupakan salah satu sifat dasar manusia. Yang harus dihindari adalah ketakutan berlebihan karena bisa menghambat banyak hal baik. Karena itu, ajaklah seluruh anggota keluarga memahami bagaimana gempa bumi terjadi, mengapa terjadi di sini, apakah akan terjadi lagi dan bagaimana jika terjadi lagi.
Yang juga penting adalah membuat mereka paham bahwa semua orang di Indonesia harus bersiap meski tetap beraktivitas rutin. Keadaan ini dihadapi oleh seluruh warga negara Indonesia, sehingga tidak sendirian. Gunakan bahasa ilmu pengetahuan alam, tak perlu menunjukkan bahwa daerah lain lebih parah untuk merasa lebih baik.
Carilah infografis yang mudah dipahami di internet. Ajak mereka bersama-sama menyiapkan perlengkapan darurat di rumah jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi susulan, seperti yang disarankan oleh para ahli kebencanaan.
Salah satu contohnya bisa dilihat di sini.
Batasi Media Sosial
Media sosial memang merupakan sumber informasi yang cepat dan lengkap. Namun, ketika anggota keluarga sedang mengalami ketakutan atau kecemasan akibat gempa bumi yang baru saja dialami, media sosial bisa menjadi sumber kecemasan baru.
Apalagi setiap kejadian gempa bumi di Indonesia, termasuk yang “hanya” 2 SR saja biasanya juga dilaporkan melalui media sosial. Jumlahnya tentu banyak sekali mengingat Indonesia memang daerah gempa. Hal itu akan menyebabkan perasaan berdebar-debar yang tiada henti.
Contohnya ketika seorang ahli membicarakan ada “ancaman” getaran akibat bergeraknya megathrust dengan magnitudo 9,1 SR di Indonesia, bisa saja anggota keluarga yang rentan, misalnya lansia, berasumsi bahwa itu akan segera terjadi. Akibatnya malah jadi cemas berlebihan hingga tidak mau makan.
Media sosial juga tidak ada sensor foto. Meski ada imbauan untuk tidak mengunggah foto korban, tetap saja ada yang memuat semua foto agar akunnya viral. Kengerian akan memengaruhi anggota keluarga.
Karena itu, ada baiknya menjauhi media sosial dulu, sampai trauma bisa diatasi.
Memperbaiki Kasih Sayang
Yang terpenting dari semua cara di atas adalah memperbaiki kasih sayang. Kasih sayang akan membuat seluruh anggota keluarga lebih kuat menghadapi dampak dari gempa bumi.
Segala sesuatu yang dihadapi bersama akan lebih ringan daripada dihadapi sendirian. Pastikan setiap anggota keluarga tahu bahwa mereka memiliki arti yang sangat besar bagi yang lainnya.
Baca juga: Hindari 5 Hal Ini Saat Memasak Santapan untuk Keluarga
Gempa bumi akan selalu terjadi di Indonesia. Keluarga yang penuh kasih sayang akan lebih kuat menghadapinya. Karena itu, saling menguatkan antar anggota keluarga merupakan cara yang ampuh untuk menghadapi dampak psikologis akibat gempa bumi.