Mengulas Tugu Khatulistiwa: Penanda Garis Tengah Dunia di Pontianak

JNEWS – Khatulistiwa, mendengar kata tersebut pasti yang terlintas adalah iklim tropis. Letak astronomis Indonesia yang berada di antara 6’LU -11’LS dan 95’BT -141’LU, membuatnya dilalui oleh garis ini. Untuk menandai titik yang dilewati oleh garis lintang nol derajat ini, maka dibangunlah Tugu Khatulistiwa.

Di Indonesia ada beberapa titik tugu ini, tapi yang paling populer adalah di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Di kota yang memiliki julukan Kota Khatulistiwa ini, tugu tersebut menjadi tempat bersejarah dan berfungsi sebagai medium pembelajaran ilmu astronomi.

Di Pontianak, tugu ini merupakan tempat bersejarah dan berfungsi sebagai medium pembelajaran karena menjadi lokasi penelitian astronomi. Tak hanya itu saja, tugu ini pun menjadi objek wisata edukasi yang populer di kalangan wisatawan.

Sejarah Tugu Khatulistiwa

Tugu Khatulistiwa: Penanda Garis Tengah Dunia

Tugu Khatulistiwa berdiri tegak dan dikelilingi oleh pepohonan hijau yang menaungi pedestrian menuju ke bangunan tersebut. Tugu tersebut telah berusia puluhan tahun. Awalnya dibangun oleh tim ekspedisi geografi yang dipimpin oleh ahli geografi berkebangsaan Belanda di tahun 1928.

Ketika melakukan pengukuran di masa itu, para ahli geografi belum memiliki alat dan teknologi yang canggih seperti di masa sekarang. Mereka pun hanya berpatokan di garis yang tidak rata cenderung bergelombang dan menjadikan pergerakan benda-benda alam seperti rasi bintang sebagai parameter.

Di awal berdiri, tugu ini hanya berupa tonggak sederhana dengan tanda panah di atasnya. Namun, akhirnya Tugu Khatulistiwa pun mengalami beberapa kali perubahan untuk menyempurnakannya bentuknya.

Perubahan ini dimulai pada tahun 1930, tanda panah tersebut diganti dengan lingkaran. Oleh arsitek Indonesia yang terkenal di masa itu, yakni Frederich Silaban, tugu kemudian diperbarui menjadi struktur empat tonggak dari kayu belian di tahun 1938.

Adapun dua tonggak tersebut di bagian depan mempunyai tinggi 3,05 meter. Untuk dua tonggak di belakang yang menjadi tempat terpasangnya lingkaran dan panah penunjuk arah utara-selatan memiliki tinggi sekitar 4,40 meter.

Pada tahun 1990–1991, dibangun replika Tugu Khatulistiwa yang lebih besar dan permanen. Replika ini berupa bangunan pelindung berbentuk kubah dengan tugu yang menjulang di tengahnya. Tugu asli tetap dipertahankan dan kini berada di dalam bangunan tersebut. Proyek ini diselesaikan dan diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat saat itu, Parjoko Suryo Kusumo. Ukuran replika yang dibangun lima kali lebih besar dari tugu aslinya.

Tidak selesai sampai di situ, di bulan Maret 2005, Tim dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), melakukan koreksi dari titik nol khatulistiwa dengan menggunakan metode gabungan antara stake-out dan GPS supaya lebih akurat. Hasilnya menunjukkan bahwa titik nol berada sekitar 117 meter dari tugu asli ke arah Sungai Kapuas. Karena hasilnya ternyata titik awal tersebut tidak terlalu akurat, maka didirikanlah patok PVC dan tali rafia sebagai bentuk pembatas arah barat-timur.

Kendati terjadi pergeseran titik, hal tersebut menunjukkan bahwa perhitungan di masa lampau yang dilakukan oleh para tim ahli geografi cukup mendekati akurat hanya dengan menggunakan peralatan terbatas.

Baca juga: Panduan Wisata Menelusuri Kota Pontianak: Tempat-Tempat yang Wajib Dikunjungi

Daya Tarik Tugu Khatulistiwa Pontianak, Penanda Garis Tengah Dunia

1. Simbol di Tugu

Area Tugu Khatulistiwa cukup luas. Di sekeliling tugu terdapat pepohonan rindang, replika globe yang cukup besar, dua pedestrian yang mengarah ke tugu, dan di bagian tengah ada patung kuda dan kayu.

Tapi yang membuat menarik dari tugu ini selain bentuknya yang unik adalah simbol yang bisa dilihat langsung di badan tugu. Simbol pertama adalah panah yang menunjukkan arah garis lintang nol derajat. Terdapat pula pelat dengan bentuk lingkaran bertuliskan kata EVENAAR, yang berarti khatulistiwa dalam bahasa Belanda.

Simbol lain adalah di bagian pelat tepatnya di bawah panah yang mencantumkan koordinat yakni 109 derajat 20’0’’OlvGR. Apabila diperhatikan angka dan huruf tersebut, pasti berpikir artinya apa?

Jadi, huruf dan angka tersebut artinya garis khatulistiwa di Kota Pontianak bertepatan dengan 109 derajat bujur timur 20 menit 00 detik GMT (Greenwich Mean Time).

2. Koleksi di Tugu Khatulistiwa

Masuk ke dalam bangunan kubah, pengunjung akan disambut dengan sejumlah koleksi foto dari masa ke masa yang dipajang rapi di dinding bangunan.

Koleksi foto-foto tersebut mulai dari era 1930-an hingga sekarang ini. Beberapa foto yang dipajang seperti foto kunjungan tokoh penting dari pemerintahan dan mancanegara. Selain itu, ada juga penjelasan ilmu astronomi yang pastinya akan menambah pengetahuan pengunjung. Ditambah juga koleksi lukisan relief yang menggambarkan Kota Pontianak dan Tugu Khatulistiwa.

3. Peristiwa Alam yang Langka

Selain bentuk bangunannya yang unik dan koleksi foto yang menarik, ada satu hal yang jadi daya tarik utama tempat ini, yakni fenomena kulminasi matahari.

Di Tugu Khatulistiwa, pengunjung bisa menyaksikan peristiwa alam langka ketika matahari tepat berada di atas kepala. Saat itu, bayangan benda-benda di sekitar akan menghilang karena posisi matahari berada di titik tertingginya di langit. Barangkali ada yang tidak percaya, tapi hal ini nyata terjadi. Fenomena ini pun kerap disebut sebagai “hari tanpa bayangan”.

Peristiwa alam yang unik ini hanya terjadi di 14 negara di dunia yakni Brasil, Indonesia, Ekuador, Gabon, Kenya, Somalia, Uganda, Nauru, Sao Tome dan Principe, Maladewa, Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, hingga Kiribati. Tapi, dari semua negara tersebut hanya Kota Pontianak yang dilintasi oleh garis ekuator. Hal inilah yang menjadi keunikan Kota Pontianak.

Untuk menyaksikan fenomena ini, ada dua waktu yang bisa dipilih yakni tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September.

Dikutip dari website Pontinesia, adapun siklus yang terjadi pada tanggal 21-23 Maret dinamakan vernal equinox (titik pertemuan pertama). Siklus ini menjadi tanda awal musim semi. Sedangkan siklus yang terjadi pada tanggal 21-23 September dinamakan autumnal equinox (titik pertemuan kedua) yang menjadi tanda awal musim gugur.

4. Festival Kulminasi Matahari

Walaupun fenomena unik ini hanya terjadi sekitar 5-10 menit saja dalam satu tahun, tapi, melihat langsung benda-benda di sekitar tugu tidak memiliki bayangan, tentu saja akan memberikan pengalaman unik bagi pengunjung.

Oleh pemerintah setempat, untuk merayakan momen tersebut, biasanya di area Tugu Khatulistiwa akan diadakan Festival Kulminasi Matahari. Di festival ini biasanya diadakan beragam kegiatan seperti pameran lukisan, kuliner, kerajinan khas hingga atraksi kesenian tradisional daerah.

Lokasi, Cara Menuju dan HTM Tugu Khatulistiwa

Tugu Khatulistiwa terletak di Jl. Khatulistiwa No.Kel, Batu Layang, Kec. Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Untuk menuju tempat ini dari pusat Kota Pontianak akan menempuh waktu sekitar 25-30 menit.

Rute yang bisa ditempuh dengan titik awal Ayani Megamall Pontianak yaitu:

Untuk masuk ke Tugu Khatulistiwa, tidak dikenakan biaya alias gratis. Namun, pengunjung perlu membayar untuk tiket parkir Rp2.000-Rp3.000. Setiap pengunjung juga nantinya akan diberikan sertifikat yang bertuliskan pernah mengunjungi tugu ini.

Baca juga: 5 Monumen di Jakarta dan Sejarahnya yang Perlu Diketahui

Tugu Khatulistiwa adalah ikon dari Kota Pontianak dan Indonesia. Di tugu ini, pengunjung bisa melihat langsung garis lintang nol atau garis ekuator dan fenomena alam yang unik. Tempat ini sangat cocok dijadikan sebagai wisata edukatif untuk belajar tentang dunia astronomi.

Exit mobile version