Peran industri logistik di Indonesia kian berkembang, bahkan saat ini diklaim menyumbang 20 sampai 30 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Namun demikian, secara sistemnya masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dibereskan pemerintah. Hal ini diungkapkan Eri Palgunadi, Vice President of Marketing JNE dalam webinar bersama Suara.com.
Menurut Eri, biaya logistik di Indonesia saat ini terbilang mahal. Hal tersebut lantaran secara letak geografis daerah di Tanah Air yang tak semuanya mudah untuk dijangkau.
“Ada anekdot di Indonesia, kalau mau kirim itu biaya logistik sekitar 20-30 persen, dan bukan yang termurah,” ucap Eri.
BACA JUGA :Â Tiga Masalah yang Menghantui Ekspor Produk UMKM
Bila dilihat memant secara kondisi, banyak kota-kota kedua di Indonesia yang secara letaknya cukup sulit dijangkau. Topografi kepulauan dan infrastruktur yang belum memadai juga menjadi pendorong dari kendala mahalnya biaya logistik.
Eri mengatakan, hal seperti mahalnya logistik ini juga dialami oleh beberapa negara di Asia lainnya. Contoh seperti Filipina yang secara geografis hampir mirip dengan di Indonesia.
“Kita tidak bisa bandingkan kondisi Indonesia dengan Amerika Serikat atau Malaysia, mungkin kalau kita kirim barang, di sana kondisi jauh lebih baik. Kita baru bisa bandingkan dengan Filipina,” kata dia.
Indonesia paling mirip dengan Filipina, lanjut Eri, apalagi dibandingkan wilayah utara, pembangunan mungkin lebih maju dibandingkan wilayah selatan. Sementara untuk Tanah Air, kebanyakan hanya di baratnya saja, sementara bagian timur masih menjadi tantangan.
Karena itu, tak heran bila lebih banyak pengiriman baran impor dibanding lokal. Lantara memang secara biaya logistik yang dibutuhkan lebih murah ketimbang ke wilayah timur Indonesia.
BACA JUGA :Â Kisah Syarah Bakery, dari Garasi Rumah sampai Toko Roti Ternama
Berangkat dari itu, Eri mengatakan bila hal tersebut menjadi tugas dari pemerintah untuk melakukan pembenahan dan menciptakan sistem logistik yang tak hanya murah, namun juga efisien.
Salah satu cara dengan meningkatkan infrastruktur yang memadai di kota-kota wilayah timur. Dengan demikian, barang-barang hasil UMKM bisa lebih mudah menyebar dengan biaya logistik yang murah, dan pastinya bisa lebih bersaing.
“Inilah kenapa barang-barang kreatif dari timur tidak mampu bersaing secara harga, karena biaya pengiriman jauh lebih mahal ketimbang barang impor,” ucapnya.