Di tengah badai pandemi, PT Pertamina (Persero) tetap menjaga UMKM yang menjadi mitra binaannya. Hal tersebut untuk memberikan efek domino atau multiplier effect bagi sesama, karena dengan makin berkembang UMKM, maka kebutuhan akan jumlah dan kesejahteraan pekerja pun ikut meningkat.
Contoh seperti Kgs. Bahsen Fikri yang merupakan pemilik usaha Fikri Koleksi, salah satu UMKM mitra binaan Pertamina, yang melalui usahanya tersebut bisa memberdayakan perempuan dan anak putus sekolah untuk membantu menenun Songket.
Kurang lebih ada 50 orang pengrajin Songket yang diberdayakan oleh Fikri. Bahkan dia pun memfasilitasinya dengan membuat mess karyawan yang tempat tinggalnya jauh dari pusat produksi dan toko yang ada di Kiranggo Wiro Sentiko Llir Palembang.
Menurut Fikri, para perempuan dan anak putus sekolah yang diajak membantu usaha UMKM Songketnya itu bukan hanya asal pilih, tapi dicari yang memang memiliki motivasi untuk berusaha dan bekerja.
BACA JUGA : Tugas Sekolah yang Berujung Manis Bagi 2 Pemuda Ini
“Kami cari yang punya semangat belajar tinggi, disiplin dan teliti. Sekaligus bisa membantu perekonomian mereka,” ujarnya.
Tidak hanya itu saja, Fikri juga membantu para perajin lain yang menitipkan produk di tokonya. Total ada sekitar 20 perajin tenun binaan di Desa Tanjung Lago, Kab. Musi Banyuasin yang menitipkan hasil karyanya.
Bicara soal kain Songket Palembang, memang memiliki karakter yang berbeda, mewah dan elegan untuk dipandang. Songket tersebut sekaan memiliki pesona yang memberi bukti masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang masih ada di kota Palembang.
Hal itu digambarkan dalam berbagai varian motif songket, mulai motif Bunga Cina, Bintang Berantai, Limar, dan sebagainya. Secara kualitas, dalam membuat songket, Fikri memang tak mau sembarangan, dia memilih bahan baku berkualitas bagus, sehingga menghasilkan songket yang bagus pula.
Sementara dari segi harga, memang tidak terlalu murah karena kisaran tenun songket Palembang yang dijualnya mulai dari Rp 1,8 juta – Rp 50 juta. Namun demikian, songket tersebut memang bukan sekadar hasil tenun saja, karena yang harganya menyentuh Rp 50 juta, dari segi usai sudah sangat sepuh, dari seratus tahun.
BACA JUGA : Vaksin Covid-19 Jadi Titik Terang Pelaku UMKM
“Yang membuat mahal adalah histori atau sejarah dan bahan bakunya, termasuk benang sutera dan benang emas. Benang emas yang paling mahal adalah benang emas jantung, tapi kini sudah tidak diproduksi,” terang pria 50 tahun ini.
Dengan banderol yang tinggi, Fikri tidak menampik bisa mengantongi omzet perbulan hingga ratusan juta. Namun, adanya pandemi Covid-19 membuat pendapatannya terjun bebas menjadi dilevel Rp 30 jutaan.
Sebagai mitra binaan Pertamina, Fikri berharap usahanya dapat lebih berkembang dan mampu bertahan. Sehingga bisa kembali meningkatkan produksi dan ikut pameran di dalam dan luar negeri, seperti yang pernah diikuti di Thailand, Malaysia, dan Singapura beberapa waktu lalu.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menambahkan, Pertamina dalam usianya yang semakin matang 63 tahun, akan terus mendukung pelestarian kain tenun tradisional seperti songket. Juga memfasilitasi para perajin dan pelaku UMKM agar lebih berkembang dan naik kelas.
BACA JUGA : Pertamina Ingin UMKM Naik Kelas Pakai Bright Gas
“Pertamina akan terus memberi energi positif kepada para UMKM mitra binaan melalui roadmap pembinaan Go Modern, Go Digital, Go Online, hingga Go Global,” kata Fajriyah.