Chinese Lunar New Year atau dikenal dengan istilah Tahun Baru Imlek di Indonesia, menjadi perayaan yang dinanti-nanti masyarakat Tioghoa di penjuru dunia setiap tahunnya. Sama seperti hari raya lainnya, ada sejumlah tradisi Imlek yang dijalankan.
Misalnya, bagi-bagi angpao masih dijalankan setiap tahunnya. Tujuan dari bagi-bagi angpao adalah bentuk kepadulian sesama dan berbagi kegembiraan antar-sesama, terutama bagi yang belum mampu. Angpao juga jadi wujud syukur atas rezeki yang didapat selama setahun terakhir.
Baca Juga: Sepenggal Cerita Kue Keranjang yang Jadi Ciri Khas Imlek
Angpao jadi salah satu tradisi Imlek yang masih dijalankan hingga kini. Namun, ada juga tradisi Imlek yang telah ditinggalkan di zaman modern seperti saat ini. Apa saja? Yuk intip informasinya!
5 Tradisi Imlek yang Mulai Ditinggalkan
1. Sambut Dewa Dapur
Tradisi yang satu ini sudah mulai dilupakan. Dewa Dapur, menurut Legenda China, akan datang ke setiap rumah tangga selama bulan ke-12 Tahun Lunar. Dewa tersebut nantinya akan kembali dan lapor ke Kaisar Giok di langit dan memberi informasi terkait apa yang telah dilakukan pemilik dapur sepanjang tahun.
Karena akan kedatangan Dewa Dapur, pemilik rumah biasanya akan memberikan suguhan manis, seperti kue gula, penekuk goreng, hingga sup buncis sebelum malam tahun baru sebagai persembahan. Konsepnya sih mirip-mirip Sinterklas. Tapi, semakin ke sini tradisi ini mulai dilupakan.
2. Membakar petasan
Masyarakat Tionghoa syarat akan mitologi atau cerita rakyat. Salah satu mitologi Tiongkok yang terkenal adalah Nian atau Nian Shou, yakni makhluk buas yang akan mengamuk di desa setiap tahun dan menghancurkan rumah, bahkan melahap penduduk desa.
Nian diceritakan takut akan suara keras. Oleh karenanya, penduduk sekitar sering menakuti Nian dengan menggunakan suara ledakan dari bambu yang diisi bubuk mesiu. Tradisi ini pun kemudian berkembang dengan menggunakan petasan. Namun, karena alasan keamana, penggunaan petasan pun dilaran.
3. Tidak keramas dua hari
Tradisi Imlek yang satu ini cukup unik, namun sekarang ini sudah mulai ditinggalkan. Tradisi ini berakar dari sebuah legenda yang menyebutkan bahwa dalam dua hari pertama tahun baru Imlek juga dikenal sebagai hari kelahiran Dewa Air.
Jika ada yang mencuci rambut dan pakaian, maka katanya Dewa Air itu akan tersinggung. Di samping itu, ada juga kepercayaan bahwa kata ‘rambut’ dalam bahasa Mandarin dan Kanton terdengar seperti ‘makmur’. Dengan demikian, dianggap mencuci rambut berarti menghilangkan kemakmuran.
Baca Juga: Ragam Ucapan Hari Raya Imlek 2023, Gong Xi Fa Cai!
4. Tinggal di rumah pada hari ketiga
Hari ketiga pada Tahun Baru Imlek dikenal sebagai hari anjing merah, yang menurut cerita rakyat Tiongkok, anjing merah berarti Dewa Kemarahan. Anjing merah ini berkeliaran pada hari ketiga tahun baru. Mereka yang bertemu anjing merah itu dianggap akan bernasib buruk. Maka dari itu, mereka pun memilih untuk tinggal di rumah.
5. Tidak boleh pel lantai
Selain tradisi di atas, ada juga nih tradisi di sebagian warga Tiongkok yang menyebut bahwa mereka tidak boleh pel lantai selama beberapa hari ke depan selama Tahun Baru Imlek. Dengan memberishkan lantai, hingga membuang air dan membuang sampah dianggap menandakan hilangnya keberuntungan dan kekayaan yang akan datang di tahun yang baru. Kebiasaan ini memang sudah hilang di kota-kota besar, namun di pedesaan praktik ini masih dijalankan di masyarakat Tionghoa.