Bersama dengan Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menjalin komitmen untuk mendoron UMKM Kulit agar makin berkembang dan mendunia.
Teten menegaskan, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) punya rencana besar untuk membangun industri kulit di Garut agar semakin maju dan tidak ketinggalan zaman. Di mana produksi kulit di Garut ini umurnya kurang lebih mencapai 100 tahun, sama dengan umur brand ternama dunia, Gucci.
“Di Garut kami sedang membangun factory sharing yang menyediakan alat modern bagi perajin sepatu dan tas kulit, yang terus di-develop. Sehingga UMKM yang akan membuat kerajinan kulit tersebut, bisa melakukan maklon dengan harga yang lebih murah. Kita wujudkan Garut bukan hanya kota dodol juga menjadi World of Fashion,” kata Teten.
BACA JUGA : Ini 2 Pilihan Mobil Listrik UMKM yang Sudah Dijual
Menurut Teten, bahan baku kulit Indonesia sangat berkualitas, bahkan hingga high end produknya pun tak kalah bagus. Hal ini membuktikan bila Indonesia kaya akan wastra dan begitu banyak kultur yang berbeda, serta para desainer yang juga memiliki selera cukup tinggi bahkan sudah punya nama di luar negeri.
Teten memberikan apresiasi kepada Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang sudah bekerja sama dengan Pemerintah Garut dan menggandeng desainer ternama, Poppy Darsono, untuk menginisiasi salah satu perhelatan fesyen terbesar di Tanah Air, khususnya melibatkan UMKM kain lokal Garut.
Menurutnya, 2023 akan menjadi tahun berkembangnya seluruh potensi fesyen yang ada di Indonesia sekaligus mendorong industri kreatif nasional sebagai upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
“Kehadiran IFW memberikan harapan bagi para pelaku ekonomi kreatif. Khususnya sektor fesyen dalam menyalurkan karya-karya terbaiknya. Diharapkan dapat menjadi titik perubahan untuk kemajuan, serta perkembangan sektor fesyen Indonesia,” ucapnya.
Peragaan busana Garut di IFW 2023 kata MenKopUKM, dapat menjadi ajang untuk mengangkat, serta melindungi budaya dan sejarah Garut sebagai warisan budaya dan identitas Bangsa Indonesia. Di sisi lain, amplifikasi fesyen Garut di IFW 2023 akan menjadi motivasi bagi pengembangan UMKM sektor kreatif secara keseluruhan di Kabupaten Garut.
“Penyelenggaraan IFW 2023 memberikan harapan bagi para pelaku ekonomi kreatif khususnya sektor fesyen Nusantara,” kata Teten.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat nilai ekspor sektor fesyen Indonesia dari Januari hingga Mei 2022 senilai 2,85 miliar dolar Amerika Serikat (Rp 43,38 triliun). Angka tersebut naik sebesar 2,04 miliar dolar AS (Rp31,05 triliun) atau 39 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebagai bagian dari sektor tekstil, batik merupakan kebanggaan budaya Indonesia. Batik menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, dengan banyak membuka peluang lapangan kerja, bahkan sampai saat ini telah menyerap tenaga kerja sebanyak 200 ribu orang dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia.
BACA JUGA : Manfaat Sertifikasi Kuliner Halal bagi UMKM dan Alur Pembuatannya
Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin), nilai ekspor batik Indonesia pada semester I-2022 mencapai 27,42 juta dolar AS (Rp418,24 miliar). Negara yang membeli batik Indonesia paling banyak adalah Amerika Serikat, Inggris, Malaysia, Fiji, Thailand, Kanada, Jerman, Australia, Turki, dan Jepang. Hal tersebut menjadi refleksi dari potensi besar wastra Indonesia di pasar internasional.
Selain itu, adanya perjanjian perdagangan bebas-Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) menjadikan Indonesia sebagai pemasok barang tekstil yang signifikan ke beberapa negara. Di antaranya Australia, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Singapura. Sehingga diharapkan terjadi peningkatan ekspor sektor tekstil dan fesyen ke negara-negara tersebut.
“Tak hanya potensi tersebut, kita juga harus menjadi pertimbangan bagi negara-negara anggota dan mitra RCEP lainnya yang bersaing dengan sektor tekstil Indonesia. Yaitu Thailand, Vietnam, Myanmar, Filipina, dan Kamboja. Sehingga Indonesia perlu memiiki strategi peningkatan ekspor produk berdaya saing tinggi,” ucap Teten.