Umumnya masyarakat mengenal Honai sebagai rumah adat Papua. Ternyata ada banyak ragam rumah adat dari provinsi di timur Indonesia ini yang menarik untuk disimak.
Nama Papua dulunya adalah Irian Barat lalu berganti menjadi Irian Jaya. Di masa kepemimpinan Presiden SBY, tepatnya tahun 2003 nama Irian Jaya berganti menjadi Papua. Provinsi ini terletak di pesisir utara Papua, memiliki luas wilayah 81.049,30 km2 dan berbatasan dengan Papua Nugini di bagian timur.
Papua dikenal dengan tradisi yang unik dan berbeda dengan provinsi lainnya di Indonesia. Ada banyak suku di Papua dan mereka masih tinggal di pedalaman hutan. Walaupun tinggal di pedalaman bukan berarti semua suku masih primitif, tapi yang pasti mereka tetap memegang tradisi nenek moyang.
Tak Hanya Honai, Inilah 7 Rumah Adat Papua
Jika rumah gadang bisa ditemukan di seluruh provinsi Sumatera Barat, tidak sama halnya dengan rumah adat Papua. Di provinsi ini, masing-masing suku memiliki rumah adat yang berbeda. Inilah yang menjadikan budaya Papua begitu spesial dan unik.
Apa saja rumah adat di Papua? Yuk, disimak ulasan di bawah ini.
1. Rumah Honai
Honai adalah salah satu rumah adat Papua yang bisa ditemui di suku Dani yang tinggal di lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Pada umumnya, rumah Honai ini dibangun di ketinggian 1600 sampai 1700 meter di atas permukaan laut. Selain suku Dani, ada dua suku tetangga wilayah yang menggunakan rumah ini yaitu suku Lani dan suku Yali.
Nama honai berasal dari kata “hun” yang artinya laki-laki dan “ai” yang memiliki arti rumah. Jadi, honai adalah sebutan untuk rumah adat Papua yang ditempati oleh laki-laki. Untuk perempuan memiliki sebutan berbeda yaitu Ebe’ai. Keduanya mampu menampung lima sampai sepuluh orang.
Ciri khas dari rumah Honai adalah dasarnya berbentuk lingkaran, memiliki rangka kayu, beratap kerucut sehingga mudah dikenali. Bahan utama untuk membuat rumah ini adalah kayu, jerami atau ilalang. Walaupun kelihatan kecil tapi ternyata rumah honai memiliki dua lantai dengan fungsi yang berbeda.
Rumah adat ini tidak mempunyai jendela dan hanya memiliki satu pintu saja. Ini bertujuan melindungi penghuni dari suhu dingin, di mana untuk malam hari suhu bisa menembus 10-15 derajat celcius. Jerami yang menjuntai hingga ke bawah ternyata bertujuan melindungi permukaan dinding yang terbuat dari kayu agar tidak kena hujan. Dan bisa meredam udara dingin agar tidak masuk ke rumah.
Baca juga: Ini Dia Spesifikasi Rumah Tahan Gempa yang Harus Diterapkan
2. Rumah Ebei
Jika rumah honai ditujukan untuk laki-laki, maka rumah ebei seperti yang ditulis di atas digunakan oleh kaum perempuan. Bentuk rumah ini sama seperti rumah Honai dan letaknya berdampingan, bisa di sisi kanan atau sisi kiri.
Ebei artinya tubuh perempuan dan memiliki filosofi sebagai tubuh kehidupan untuk semua orang sebelum terlahir ke dunia. Oleh karena itu yang bisa tinggal di rumah Ebei adalah perempuan, anak perempuan, anak laki-laki kecil. Khusus anak laki-laki kecil diperkenankan tinggal di rumah ini sampai dewasa, lalu siap pindah ke rumah Honai.
Rumah Ebei adalah rumah tempat perempuan belajar untuk kelak menjadi istri dan ibu yang baik. Di rumah ini, para anak-anak perempuan belajar memasak, menjahit, kerajinan tangan dan kegiatan lainnya sampai beranjak dewasa dan siap untuk menikah.
3. Rumah Rumsram
Rumah adat Papua berikutnya berasal dari suku Biak Numfor yaitu rumah Rumsram. Suku Biak Numfor ini bermukim di pulau dan memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.
Bentuk rumah Rumsram memiliki filosofi sebagai identitas pemilik rumah tersebut adalah seorang nelayan. Seperti rumah pesisir umumnya, bentuk rumahnya adalah persegi panjang dengan atap berbentuk perahu terbalik. Adapun tinggi rumah ini mencapai 6-8 meter dan dihiasi dengan umiran di bebeberapa bagian.
Rumah Rumsram dihuni oleh kaum laki-laki. Fungsi utama dari rumah ini untuk bisa melatih anak laki-laki menjadi pria tangguh saat dewasa kelak. Sanggup bertanggung jawab sebagai kepala keluarga dan melindungi sukunya.
4. Rumah Hunila
Rumah Hunila masih berasal dari suku Dani. Di mana rumah ini memiliki ukuran yang panjang dan lebih luas. Fungsi dari rumah ini untuk kegiatan memasak dan penyimpanan bahan makanan hingga peralatan memasak.
Beberapa rumah Honai dan rumah Ebei memiliki satu rumah Hunila yang biasanya digunakan secara bersama-sama.
5. Rumah Wamai
Rumah Wamai dibangun oleh suku Dani dan termasuk ke dalam rumah adat Papua. Jika dilihat dari banyaknya rumah yang dibangun dari suku Dani mencerminkan bahwa suku ini sudah memiliki kehidupan terstruktur. Mereka memiliki rumah dengan fungsi masing-masing.
Adapun fungsi utama dari rumah Wamai ini adalah sebagai kandang hewan ternak. Beberapa hewan ternak yang sering dipelihara dan dimasukkan ke rumah ini adalah kambing, babi, anjing dan ayam.
6. Rumah Kaki Seribu
Rumah kaki seribu adalah rumah adat dari suku Arfak yang banyak bermukim di daerah Kabupaten Manokwari. Ada alasan mengapa dinamakan rumah kaki seribu karena rumah ini mempunyai tiang penyangga yang terletak di bawah rumah dengan jumlah sangat banyak. Jika dilihat sekilas mirip hewan kaki seribu. Penggunaan kata seribu dianggap telah mewakili arti banyak.
Dengan luas rumah kurang lebih 8×6 meter, ketinggian 1-1,5 meter dari permukaan tanah, rumah kaki seribu dianggap aman dari serangan berbagai hewan buas. Rumah ini tidak memiliki jendela supaya bisa mengurangi hawa dingin di daerah tersebut. Dan hanya memiliki satu pintu sebagai jalan masuk udara dingin.
7. Rumah Kariwari
Rumah adat Papua yang satu ini mempunyai atap berbentuk limas segi delapan dan berasal dari suku Tobati-Enggros. Uniknya rumah Kariwari ini bisa bertingkat tiga. Makna di balik bentuk segi delapan adalah dipercaya bisa memperkuat rumah Kariwari dari segala macam cuaca, khususnya ketika hawa dingin dan angin berembus kencang. Bentuk octagon dengan ujung lancip menggambarkan kedekatan manusia dengan Sang Pencipta dan para leluhur yang sudah mendahului.
Bahan utama pembuatan rumah ini adalah kayu, bambu, daun dari pohon sagu, kayu besi. Untuk kerangka utama terbuat dari kayu-kayu tersebut yang dililit dengan tali rotan pilihan.
Fungsi utama rumah Kariwari bukan sebagai tempat tinggal melainkan untuk tujuan ibadah dan pendidikan. Tidak heran jika rumah Kariwari adalah tempat suci dan sakral bagi masyarakat suku Tobati-Enggros.
Baca juga: Nggak Cuma Papeda, Ini 5 Kuliner Papua yang Tak Kalah Lezat
Di antara sederet tradisi dan budaya yang unik harus diakui rumah adat Papua mencuri perhatian. Karena dibangun dari bahan-bahan alam dan tidak akan merusak keseimbangan alam. Sebaliknya, rumah ada Papua justru ramah lingkungan. Alami dan asri, dua kata yang tepat menggambarkan rumah adat dari provinsi timur Indonesia ini sehingga memberikan ciri kearifan lokal yang khas.