JNEWS – Sejarah batik Surabaya agak sulit ditelusuri karena sejak dulu Surabaya merupakan salah satu kota transit, perdagangan, dan perlabuhan utama di Pulau Jawa. Sekarang, Surabaya merupakan kota kedua terbesar di Indonesia. Orang-orang datang dan pergi terutama untuk transaksi perdagangan. Tidak banyak yang mendokumentasikan perkembangan batik di Surabaya atau mengoleksinya seperti batik Madura.
Sejarah Batik Surabaya
Meski perkembangan batik di Surabaya zaman dulu tidak diketahui dengan persis, namun diyakini bahwa batik di Surabaya sudah ada sejak zaman Mataram. Batik Surabaya memiliki ciri khusus karena pada dasarnya ciri khas batik di suatu daerah dipengaruhi oleh kearifan lokalnya. Salah satu ciri tersebut adalah motif-motif yang berhubungan dengan kelautan, seperti ikan, ombak, dan jangkar.
Motif batik Surabaya juga memperlihatkan corak-corak yang tegas dengan warna-warna yang kontras. Ini sesuai dengan karakter Kota Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia sejak dahulu kala. Motif-motif batiknya menggambarkan semangat, perjuangan serta geliat kehidupan masyarakat Surabaya yang dinamis dan multietnis. Pedagang-pedagang dari Tiongkok, Arab, India, dan Eropa ikut memengaruhi perkembangan motif-motif tersebut.
Belakangan, pemerintah Kota Surabaya berusaha membangkitkan pesona batik Surabaya dengan merilis motif-motif baru. Selain itu, diresmikan pula kampung-kampung batik seperti Kampung Batik Okra (Orang Kranggan), Kampung Batik Tin Gundih, dan Kampung Putat Jaya di bekas lokasi Gang Dolly.
Motif Khas Batik Surabaya dan Maknanya
Dikutip dari laman Kominfo Provinsi Jawa Timur, baru-baru ini Pemerintah Kota Surabaya merilis banyak motif baru, yaitu motif Sparkling, Abhi Boyo, Gembili Wonokromo, Kembang Bungur, Kintir-kintiran, Remo Suroboyo, Skena Surabaya, Pesona Mangrove Wonorejo, Banyu Semarak, Tjap Toendjoengan, Gereget Rel Pasar Turi, dan Suroboyoan. Motif-motif baru ini menambah khazanah batik Surabaya. Sementara motif-motif batik Surabaya klasik masih berusaha dipertahankan.
Berikut ini adalah beberapa motif batik Surabaya, baik klasik maupun modern.
1. Motif Semanggi
Motif semanggi merupakan karya para pengrajin di Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo. Semanggi adalah sejenis tanaman yang banyak terdapat di daerah Sememi. Semanggi merupakan bahan kuliner khas Surabaya, yaitu pecel semanggi. Semanggi juga dihubungkan dengan filosofi semangat tinggi. Motif ini memiliki berbagai varian bentuk dan warna.

2. Motif Sawunggaling
Ada jargon yang berbunyi, “Ojo ngaku arek Suroboyo nek gak ngerti Sawunggaling”. Artinya, jangan mengaku orang Surabaya kalau tidak tahu Sawunggaling.
Motif ini memang merupakan penghargaan terhadap perjuangan dan jasa Joko Berek dalam mengusir penjajah Belanda. Joko Berek adalah nama asli Raden Sawunggaling sebelum menjadi adipati.
Motif yang batik ini adalah ayam jago yang merupakan representasi dari Bagong, ayam milik Joko Berek. Joko Berek membawanya ke mana-mana ketika memenuhi ujian dari Jayengrono III, ayah kandungnya, untuk menjadi adipati.
Baca juga: Batik Solo: Sejarah dan Tempat Terbaik untuk Membelinya
3. Motif Remo Surobayan
Motif ini merupakan ciptaan Umi Badriyah. Remo adalah nama sebuah tarian dengan ciri khas bunyi kerincing yang menyertai gerakan kaki. Gamelan yang mengiringi tarian ini menggunakan tempo yang cepat sehingga gerakan tangan dan kaki ikut cepat dan tegas. Motif ini menggambarkan seorang pejuang yang gagah berani.
4. Motif Tjap Toendjoengan
Motif ini terinspirasi dari Pasar Malam Toendjoengan yang sudah ada sejak dulu kala. Pasar ini merupakan pusat kuliner, tempat bertemunya masyarakat dari berbagai kelompok etnis untuk membeli dan menikmati berbagai sajian khas Surabaya. Karena itu, motif Tjap Toendjoengan merupakan representasi makanan yang dihindangkan di pasar tersebut.
5. Motif Abhi Boyo
Pada motif ini terdapat unsur-unsur parang, daun, dan bunga. Parang melambangkan semangat tak pernah menyerah karena ombak terus datang meski berkali-kali surut. Abhi sendiri artinya pemberani, sedangkan boyo artinya buaya. Batik karya Heri Supriyanto ini terinspirasi dari Raden Wijaya yang memiliki karakter halus tapi dengan visi yang jelas. Dengan tekad yang kuat menghadapi musuh, akhirnya berdirilah Kota Surabaya pada tanggal 31 Mei 1293.
6. Motif Kintir-kintiran
Motif ini merupakan karya Nuraini Farida. Pada motif ini terdapat unsur mangrove yang melambangkan kekuatan, suro dan boyo yang melambangkan harmoni serta garis-garis bambu yang melambangkan loyalitas.
Kintir artinya terbawa arus. Motif ini menggambarkan Surabaya yang dikeliling sungai-sungai yang bersih. Secara filosofis, motif ini merujuk ke semangat pemuda Surabaya yang mengalir mengikuti perkembangan zaman.

7. Motif Kembang Bungur
Motif ini merupakan karya Risha Iffatur Rahmah. Kembang bungur banyak ditemui di Surabaya. Bunga ini memiliki pohon penyokong yang kuat dan bunga yang indah. Kembang bungur disebut juga bunga ketangi, laban atau wungu. Secara visual, bunga berwarna pink dengan kelopak yang bergelombang ini seperti keluar dari bintang yang berupa dedaunan hijau. Motif ini menggambarkan indahnya kebersamaan, saling mendukung dan toleransi.
8. Motif Gembili Wonokromo
Motif ini merupakan karya Wahyu Subiyantoro yang terinspirasi oleh suasana Jalan Gembili III di Kecamatan Wonokromo. Pada tahun 1970-an, kampung ini seperti representasi dari “Little Surabaya” yang tak pernah tidur. Di siang hari, kampung ini ramai dengan orang jualan, anak sekolah, ibu-ibu belanja, orang kerja dan sebagainya. Di malam hari, para orang tua dan pensiunan bersosialisasi sambil mendengarkan ludruk atau klenengan.
9. Motif Sparkling Taste of Surabaya
Motif ini merupakan karya Arina Halimatul Anjani. Nama dengan bahasa Inggris tersebut merupakan pendekatan yang modern. Namun sebenarnya inspirasi motif tersebut berasal dari tari sparkling khas Surabaya, yang merupakan perpaduan antara kesenian modern dan tradisional. Sedangkan kata taste terinspirasi dari kelezatan rasa kuliner khas Surabaya, yaitu rujak cingur.
10. Motif Cap Tugu Pahlawan
Motif ini jelas terinspirasi oleh Tugu Pahlawan, monumen untuk memperingati pertempuran Surabaya dan para pahlawan yang ikut berjuang kala itu. Motif ini menampilkan gambar Tugu Pahlawan dengan ornamen daun dan bunga yang melingkar sepanjang tugu tersebut.
Baca juga: Kuliner Legendaris di Pasar Atom Surabaya dengan Cita Rasa Autentik
Batik Surabaya menunjukkan keterkaitannya yang erat dengan kehidupan masyarakat Surabaya dari waktu ke waktu. Batik Surabaya sudah bangkit dan menunjukkan ekspresi yang penuh dengan filosofi. Sekarang koleksi motif-motif tersebut dapat diarsipkan dengan rapi berkat kemajuan teknologi.