JNEWS, Juli – Seperti halnya gedung bertingkat lain di kawasan Jalan Tomang Raya, Jakarta Barat, Kantor Pusat JNE terlihat cukup menjulang. Namun belum banyak yang tahu, di salah satu sudutnya yang tersembunyi dari luar, tepatnya di teras samping yang letaknya di lantai 5, ada “kebun sayur mini” yang dibudidayakan secara hidroponik.
Daun selada itu terlihat lebat dan segar. Ditanam di dalam media air yang disangga rak setinggi sekitar 1 meter dan lebar sekitar 2,5 meter, selain selada, ada sayuran lain seperti pakcoy dan sawi. “Selada dan pakcoynya sudah bisa dipanen kira-kira seminggu lagi,” sahut Zulfikar tersenyum kepada JNEWS.
Memanfaatkan Ruang Tak Terpakai
Kira-kira tiga bulan lalu Zulfikar tergerak untuk memanfaatkan keberadaan teras samping di lantai 5 sebagai lahan untuk bercocok tanam secara hidroponik. Karena posisinya ada di ruang terbuka tak beratap, teras samping yang berbentuk memanjang dengan lebar sekitar semetaran itu, tidak banyak dimanfaatkan untuk keperluan karyawan.
Sebagai petugas housekeeping yang berada di bawah naungan tim building maintenance, Zulfikar pun membicarakan ide budidaya hidroponik ini kepada atasannya. Gayung pun bersambut. Atasannya menyambut baik ide Zulfikar: selain memanfaatkan ruang yang nganggur jadi terpakai, juga pemandangan “hijau-hijauan” membuat sudut gedung terlihat lebih “hidup”.
Baca juga: Kenalan dengan Finalis Abang None Jakarta yang Kini Berkerja di JNE
Dengan semangat do it yourself, Zulfikar memanfaatkan material-material yang sudah tak terpakai untuk membuat rak-rak penyangga yang sudah diatapi oleh plastik UV (plastik pelindung dari sinar matahari dan cahaya yang berlebihan) bagi media tanamnya.
Saat JNEWS berkunjung, ada tiga rak utama dengan posisi berderet yang digunakan untuk menaruh media tanaman hidroponiknya. Dua di antaranya, yang ditanami selada dan pakcoy, sudah mendekati masa panen. “Ini sudah panen sekali. Sayur-mayurnya saya bagikan ke Sekretariat, teman kerja dan kolega-kolega lain. Beberapa ada yang kasih uang, lalu uangnya saya belikan media semai dan benih,” ujar Zulfikar yang sehari-hari bertugas sebagai petugas housekeeping di area Kantor Pusat JNE Tomang 9 dan 11 ini bercerita kepada JNEWS.
Zulfikar memanfaatkan rockwool sebagai media semai bagi benih tanamannya, yakni semacam serat alami berbentuk busa spons yang berfungsi untuk menopang akar dan batang tanaman. Selain dikenal ramah lingkungan, rockwool juga memiliki daya serap dan bisa menahan air dengan baik.
Belajar Lewat Youtube
Zulkifar tidak pernah belajar ilmu bercocok tanam secara formal. Tapi berkat belajar sendiri di Youtube dan eksperimen kecil-kecilan di pekarangan rumahnya sendiri, Zulfikar perlahan-lahan menguasai bercocok tanam dengan teknik hidroponik. “Awalnya pas pandemi kemarin saya mulai belajar sendiri sekitar tiga bulan lewat Youtube dan baca-baca. Lalu saya coba praktekkan kecil-kecilan, sampai saya bisa,” terangnya.
Bagi karyawan yang bernama lengkap Ahmad Zulfikar ini, bercocok tanam hidroponik tidak susah-susah amat dan juga pengerjaannya fleksibel alias tidak menyita waktu berlebihan. “Yang penting dalam hidroponik itu adalah menjaga air, nutrisi dan cahaya. Asalkan kandungan keasaman airnya terjaga dan pemberian nutrisinya cukup, tanaman hidroponik tidak perlu disirim setiap hari,” pungkasnya.
Baca juga: Gaya Hidup Berkelanjutan atau Sustainable: Pengertian dan Cara untuk Menerapkannya