JNEWS – Bisnis fesyen lokal, khususnya clothing brand, sedang naik daun di kalangan anak muda pecinta fesyen. Tak heran, sekarang bermunculan berbagai merek pakaian jadi yang dirintis oleh anak bangsa di berbagai kota di Indonesia.
Salah satu jenama lokal tersebut adalah Buck. Pendiri Buck, Lintang Naresworo membagikan kisah awal mula merintis bisnis clothing line di Semarang pada tahun 2011 lalu, yang waktu itu belum terlalu populer di kota Semarang. Ia menangkap peluang untuk mulai membuka toko dengan brand berkonsep clothing.
“Waktu itu memang brand lokal di Semarang belum banyak. Tahun 2010, saat SMA mau masuk kuliah, belum ada yang brand-nya mengarah ke ‘skate’ banget atau musik banget. Lalu saya buka Buck Store, ini jadi semacam identitasnya,” kata Lintang berbagi kisah dirinya terinspirasi berbisnis clothing kepada Cerita Joni.
Lintang bercerita, nama brand Buck sendiri diambil dari bahasa slang luar negeri, yang berarti receh senilai 1 dolar Amerika. “Jadi waktu itu ngumpulin receh, lama-lama jadi gede, secara gampangnya gitu,” ungkapnya. Perjalanan Buck selama 13 tahun ini, tutur Lintang, telah membawa perubahan seiring berjalannya waktu. Terutama dari segmen market Buck, yang awalnya masih pada komunitas tertentu seperti pecinta skateboard, musik, dan lainnya, kini telah berkembang ke arah fashion enthusiast.
Baca juga: Bawang Goreng ‘mBrebes Mili’ Produk UMKM Andalan Depok
“Fashion streetwear Semarang sudah umum banget, dan semua sudah ngerti,” kata Lintang. Meski segmennya semakin luas, menurut Lintang, tantangan-tantangannya tetap tak mudah dihadapi. Fesyen adalah fenomena yang sangat berubah. Hal itu mendorongnya untuk terus berinovasi menghadirkan produk yang sesuai permintaan pasar.
“Dari regenerasi anak mudanya, misal dulu awal beli tahun 2010 dia umur 18 tahun. Tahun 2023, sudah tambah tua, jadi interest-nya udah nggak di situ lagi atau lifestyle-nya sudah berubah. Kemudian pandemi yang berdampak cukup panjang ke berbagai sektor termasuk Buck,” tutur Lintang.
Karena itu Lintang mulai memanfaatkan media sosial untuk menjangkau pelanggan secara online. Melalui webstore http://buckstore-id.com/ dan akun instagram @buckstoreid Lintang tetap menjalankan penjualan secara online. JNE menjadi ekspedisi pilihan Lintang pada waktu itu karena konter JNE langganannya tetap buka meski pandemi. Hingga kini Lintang masih mempercayakan kirimannya pada JNE bahkan berkolaborasi untuk memberikan subsidi ongkir khusus pelanggan Buck.
“Terakhir challenge paling susah adalah menjangkau generasi Z. Ketertarikan mereka ke offline store beda. Kalau ke offline store, sepertinya mereka musti punya story tertentu, harus cocok dengan dia banget,” ujarnya.
Sementara itu, Lintang juga mengungkap cara Buckstore bisa menggaet generasi Z. Yakni dengan menemui mereka langsung melalui acara-acara dan kumpul bersama.
“Dari situ kita bisa bikin engagement baru untuk merangkul mereka. Harapan semoga semua inovasi Buck bisa diterima generasi-generasi selanjutnya,” imbuhnya.
Baca juga: Pengaruh Ulasan Pelanggan dalam Situs Belanja Online