JNEWS – Riky merupakan salah seorang karyawan beretnis Tionghoa di JNE Sambas, Kalimantan Barat. Kini ia tengah bersiap untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2025. Sebagai minoritas, tambahnya, ia bangga dengan lingkungan kerja di JNE yang saling menghargai perbedaan karyawannya.
Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili jatuh pada 29 Januari 2025. Suasana kemeriahan Imlek pun di berbagai kota di Indonesia, terutama kota-kota di Kalimantan Barat yang banyak dihuni warga etnis Tionghoa sudah kental terasa dan ramai. Pernak-pernik hiasan Imlek seperti lampu lampion berwarna merah sudah menghiasi berbagai sudut kota.
“Memang lampu lampion, payung warna-warni dan lampu-lampu lainnya yang apabila malam hari tampak indah sudah dipasang sejak pertengahan bulan ini. Begitu juga klenteng dan vihara semuanya sudah bersolek untuk menyambut Tahun Baru Imlek,” ujar Riky kepada JNEWS, Selasa (21/1/2025), seraya dirinya mengabarkan tengah berfoto di bawah lampu lampion yang ada di pusat Kota Sambas.
Riky senang tradisi dan budaya leluhurnya menjelang Tahun Baru Imlek masih terjaga dengan baik hingga sekarang ini, bahkan mendapat dukungan dari pihak pemerintahan Kota Sambas.

“Kalau persiapan Imlek di keluarga, saya dan yang lainnya sudah membersihkan rumah dan juga membersihkan patung-patung persembahan. Dengan tujuan mengusir nasib buruk tahun lalu dan mempersiapkan rumah menerima keberuntungan di tahun baru nanti,” bebernya.
Usai membersihkan rumah, ia dan anggota keluarganya kemudian menghiasi rumah dengan pernak-pernik Imlek yang didominasi warna merah, termasuk lampu lampion di dalam dan di bagian depan rumah.
Baca juga: Meriahkan Imlek, JNE Pontianak Beri “Kado” Diskon Ongkir bagi Masyarakat Kalimantan Barat*
“Tahun Baru Imlek bagi kami dan keluarga dan juga warga etnis Tionghoa lainnya, adalah momen istimewa yang dirayakan dengan penuh suka cita. Kami juga membeli baju baru khas Imlek, yakni baju chongsan, sepatu baru dan yang lainnya. Untuk makanan khas seperti kue bulan, kue keranjang dan yang lainnya nanti tiga hari menjelang hari H membelinya,” jelasnya.
Riky mengungkapkan, mengingat dirinya sekarang sudah bekerja, ia akan menyiapkan angpau untuk dibagikan ke sanak saudara ataupun tetangga. Meski demikian ia juga terkadang menerima angpau pemberian dari orang lain.
“Sudah tradisi bagi-bagi angpau. Biasanya malam saya pergi ke klenteng untuk berdoa dan beribadah. Besoknya baru berkumpul bersama keluarga sambil menyantap hidangan khas Imlek. Kemudian berkunjung ke rumah saudara untuk bersilaturahmi, nah di situ kemudian ada bagi-bagi angpau,” kata Riky.
Setelah hari pertama Imlek, kemudian pada hari kedua masih berkumpul bersama keluarga atau berkunjung ke sanak-saudara yang di hari pertama belum sempat dikunjungi, dan baru hari ketiga biasanya berwisata atau liburan ke lokasi yang menggelar acara-acara Imlek.
Baca juga: Menggali Hikmah Isra Mikraj dalam Pengajian 2 Bulanan di JNE Padang
Terkait toleransi dan keberagaman di JNE, Riky menyatakan, lingkungan kerja di kantor JNE sangat menjunjung tinggi nilai toleransi dan keberagaman. “Meski saya sebagai minoritas tapi teman-teman di JNE saling mendukung dan menghargai, tidak membeda-bedakan latar belakang agama maupun etnis. Saya bangga menjadi bagian dari keluarga besar JNE,” tandas Riky. *