OVOP – Melihat potensi yang tinggi dari tiap-tiap daerah di Tanah Air, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mendorong penumbuhan dan pengembangan IKM di seluruh penjuru tanah air.
“Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya saing sektor IKM sesuai dengan keunggulan daerah, kami melaksanakan program pembinaan di sentra IKM melalui pendekatan One Village One Product (OVOP),” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih.
OVOP sendiri diinisiasi di Prefektur Oita Jepang sejak tahun 1979 oleh Dr. Morihiko Hiramatsu, yang kemudian diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2007. Konsep OVOP memiliki spirit untuk mendorong masyarakat suatu daerah agar dapat menghasilkan produk yang kompetitif dengan nilai tambah tinggi dan mampu bersaing di tingkat global.
BACA JUGA :Â Dari Skateboard Bekas, Kacamata Kabau Tembus Pasar Mancanegara
Meski demikian, Gati menegaskan bila pendekatan OVOP tetap mengutamakan ciri khas keunikan karakteristik daerah tersebut dengan memanfaatkan sumber daya lokal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Nantinya, kegiatan pembinaan IKM melalui pendekatan OVOP akan fokus pada aspek yang dapat mendorong IKM go global. Contohnya seperti inovasi dan pengembangan produk sesuai permintaan pasar, re-branding IKM OVOP, sehingga akan meningkatkan akses pasar bagi produk IKM OVOP.
Dari 2013, Kemenperin rutin memberikan Penghargaan OVOP kepada IKM yang memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai IKM OVOP. Para IKM OVOP tersebut kemudian diklasifikasikan sesuai dengan hasil penilaian yang dilakukan yang terbagi atas 5 (lima) kelompok komoditas, yaitu makanan dan minuman, kain tenun, kain batik, anyaman, dan gerabah.
Sedangkan untuk penyelenggaraan terakhir, terdapat 118 IKM OVOP yang memenuhi kriteria, terdiri dari 63 IKM komoditas makanan dan minuman, 22 IKM komoditas kain tenun, 13 IKM komoditas kain batik, 10 IKM komoditas anyaman, dan 4 IKM komoditas gerabah.
Dari sejumlah IKM tersebut, ada empat IKM OVOP yang masuk kategori Bintang 5, yaitu PT. Tama Cokelat Indonesia dari Garut dengan produk cokelat dodol pada komoditas makanan dan minuman, Tenun Antik Hj. Fatimah Sayuthi dari Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar dengan produk kain tenun pada komoditas kain tenun, Batik Winotosastro dari Yogyakarta dengan produk kain batik pada komoditas kain batik, dan UD. Mawar Art Shop dari Kabupaten Lombok Barat dengan produk anyaman ketak pada komoditas anyaman.
Gati mengatakan Kemenperin menyelenggarakan Sosialisasi Program Pembinaan IKM di Sentra melalui Pendekatan OVOP yang ditujukan kepada aparat pembina industri di Kabupaten, Kota dan Provinsi di seluruh Indonesia.
BACA JUGA :Â Keren, Furnitur Rotan Racikan UKM Cirebon Masuk Pasar Eropa dan AS
Kegiatan tersebut akan berlangsung dalam tiga sesi. Pada sesi I diselenggarakan di Yogyakarta, tanggal 19 November 2020 dengan peserta dari Kabupaten, Kota dan Provinsi di wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan. Sesi II akan diselenggarakan pada tanggal 24 November 2020 bagi Kabupaten, Kota dan Provinsi di wilayah Pulau Sumatera, dan sesi III akan diselenggarakan pada tanggal 27 November 2020 bagi Kabupaten, Kota dan Provinsi di wilayah Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Bali, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Pulau Papua.
Dalam acara sosialisasi tersebut, juga turut hadir salah satu IKM OVOP Bintang 5 sebagai narasumber, yaitu Batik Winotosastro. Gati menuturkan, di Yogyakarta terdapat empat IKM OVOP lainnya yang bergerak di komoditas kain batik, yang merupakan bagian budaya yang tak terpisahkan dari sejarah Indonesia. Bahkan, batik telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO.
“IKM OVOP merupakan IKM unggulan daerah yang menjadi tolak ukur dan representasi wajah IKM Indonesia yang mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dan mampu bersaing di pasar nasional dan global. Oleh karena itu, saya mengajak para pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama memperkuat IKM OVOP,” kata dia..