Digitalisasi UMKM Digadang Mampu Hemat Biaya Ekspor

digitalisasi UMKM

Pemanfaatan teknologi digital atau digitalisasi di kalangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) digadang menjadi kunci percepatan pemulihan ekonomi nasional. Bukan cuma itu, digitalisasi ternyata juga memiliki nilai lebih dan keuntungan tersendiri bagi pelaku usaha, termasuk salah satunya dapat menghemat biaya ekspor.

Hal ini dipaparkan dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Asia Pacific MSME Trade Collection (AMTC). Menurut riset tersebut, pelaku UMKM di sejumlah negara, yakni India, China, Korea Selatan, dan Thailand mampu menghemat biaya ekspor hingga USD 339 miliar berkat penerapan digitalisasi. Bukan cuma menghemat biaya, digitalisasi juga dapat menghemat waktu ekspor sekitar 29 persen dan mengurangi biaya hingga 82 persen.

Pemanfaatan teknologi digital sendiri memang saat ini tengah gencar dilakukan di sejumlah negara, termasuk salah satunya di Asia Tenggara. Dengan beralihnya pelaku usaha ke sektor digital, dimana salah satunya adalah e-commerce, maka hal ini diperkirakan dapat meningkatkan perekonomian di Asia Tenggara sebesar USD 1 triliun di tahun 2025.

Baca Juga: Gesits Buka Peluang Kemitraan Pasarkan Skutik Listrik Nasional, Tertarik ?

Dari kacamata Executive Director Indonesia Services Dialogue (ISD) Devi Ariyani, pelaku UMKM di Indonesia sendiri dapat memetik keuntungan besar jika terintegrasi secara penuh dengan teknologi digital. “Digitalisasi sektor jasa Indonesia sangat berguna untuk mendorong daya saing dan produktivitas industri,” ujar Devi dalam keterangan resmi.

Lebih lanjut Devi mengatakan jika kebijakan terkait sektor ekonomi digital itu sangat penting, seperti salah satunya perihal pertukaran data. Seperti dalam studi McKinsey, disebutkan bahwa kontribusi pergerakan data dalam perekonomian global mencapai USD 2,8 triliun dan diperkirakan akan tumbuh menjadi USD 11 triliun di tahun 2025.

Di samping itu, Devi menilai bahwa kebijakan yang mewajibkan pelaku e-commerce asing untuk mendirikan kantor perwakilan jika sudah memiliki 1.000 konsumen dalam setahun ini dianggap akan menghambat integrasi digital antara pelaku Tanah Air dan internasional. “Batasan ini terlalu rendah. Khawatir akan menghambat integrasi digital antara pemain Indonesia dan Internasional, sehingga akan kehilangan potensi bergabung pada rantai pasok global,” ujarnya.

Baca Juga: Kabar Baik, Pelaku UMKM Bakal Dapatkan Sertifikat Halal Gratis

Tingkat Keberhasilan Digitalisasi UMKM Rendah

Pemerintah Indonesia sendiri saat ini tengah menggenjot transformasi digital bagi pelaku UMKM. Meski demikian, hal tersebut tidak semudah yang direncanakan. Masih banyak kendala yang ditemui dengan adanya transformasi digital ini.

Berdasarkan catatan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), tingkat keberhasilan digitalisasi UMKM hanya sekitar 15 persen. Sisanya dinilai tidak bisa beradaptasi dengan baik.

Menurut Menteri Kemenkop UKM Teten Masduki, ada beberapa faktor mengapa pelaku UMKM ini gagal dalam beradaptasi atau merambah ke pasar digital. Penyebab yang pertama adalah karena mereka minim pemahaman teknologi. Itu lah sebabnya, mengapa edukasi di kalangan pelaku usaha menjadi hal yang wajib dilakukan.

Faktor berikutnya adalah lambatnya UMKM untuk beradaptasi dalam menyesuaikan produk dengan minat konsumen. Oleh karena itu, pelaku UMKM ini perlu memiliki kemampuan untuk menganalisis kebutuhan pasar.

Masih banyak faktor-faktor lainnya yang menyebabkan digitalisasi di kalangan pelaku UMKM ini masih rendah. Oleh karena itu, ini menjadi pekerjaan rumah, bukan cuma untuk pemerintah, tapi juga semua stakeholder.

Baca Juga: Mau Modal Rp 2 Miliar ? Siapkan Ide Gebrakan Usaha Terbaik

Exit mobile version