JNEWS – Energi terbarukan menjadi topik perbincangan hangat selama beberapa tahun belakangan ini. Hal ini tidak lepas dari dampak negatif yang mengancam kesehatan masyarakat dan lingkungan dari penggunaan energi tidak terbarukan yang selama ini digunakan secara masif di Indonesia.
Salah satu dampak yang dirasakan oleh masyarakat adalah memburuknya kualitas udara. Hal ini sudah terjadi di kota Jakarta. Selama rentang tahun 2024, kualitas udara di Jakarta berada dalam kategori tidak sehat. Bahkan di tanggal 13 Agustus 2024, Jakarta mencatatkan indeks kualitas udara (AQI) tertinggi di dunia yang masuk ke kategori tidak sehat.
Memburuknya kualitas udara tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu penyumbang terbesar berasal dari emisi kendaraan bermotor. Seperti yang diketahui, penggunaan bahan bakar minyak (BBM) untuk motor, mobil, dan kendaraan umum masih mengandalkan sumber energi tidak terbarukan yakni minyak bumi.
Sumber energi tidak terbarukan bisa habis dan membutuhkan jutaan tahun untuk bisa dihasilkan kembali. Inilah yang menjadi perhatian pemerintah, karena dengan terus mengandalkan energi tidak terbarukan, dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan akan semakin tinggi.
Energi Terbarukan: Energi Hijau untuk Kehidupan Manusia dan Lingkungan
Topik energi terbarukan menjadi pembahasan utama di berbagai negara di dunia setelah pertemuan negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Conference of the Parties (COP) ke-21 yang diadakan di Paris tahun 2015.
Di pertemuan tersebut melahirkan Paris Agreement. Di dalamnya ada kesepakatan dari semua negara untuk menahan peningkatan suhu Bumi. Untuk mewujudkan hal tersebut, ada berbagai upaya dilakukan, salah satunya adalah mendorong pemanfaatan energi yang bisa diperbaui ini. Tapi, apa sih artinya?
Energi terbarukan adalah sumber energi yang tersedia di alam dan bisa dimanfaatkan secara bebas dan terus-menerus. Energi ini tidak akan pernah habis karena tersedia berlimpah di alam.
Adapun sumber energi ini bisa dikembangkan sesuai dengan potensi lokal setiap daerah, sehingga nantinya masyarakat mampu secara mandiri menghasilkan energinya, mengurangi dampak polusi hingga emisi gas rumah kaca.
Sekarang ini, dunia sudah mulai bergerak ke arah energi ini, termasuk di Indonesia. Berbagai kebijakan pemerintah, pendanaan, teknologi hingga SDM mulai ditujukan untuk pengembangan potensi energi baru terbarukan (EBT).
Dikutip dari website Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang cukup besar. Seperti, mini/micro hydro sebesar 450 MW, biomass 50 GW, energi surya 4,80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det, Â dan energi nuklir 3 GW.
Bagaimana implementasinya?
Pada tahun 2024, Kementerian ESDM, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menyebutkan bahwa kapasitas pembangkit listrik tenaga (PLT) energi baru terbarukan (EBT) tahun 2023 mencapai 13.155 MW. Kapasitas PLT EBT tersebut terdiri dari 6.784,2 MW tenaga air, 2.417,7 MW tenaga panas bumi, 3.195,4 MW bioenergi, 573,8 MW tenaga surya dan 154,3 MW tenaga angin.
Di bidang kelistrikan, persentase produksi listrik yang berasal dari energi terbarukan pada tahun 2022 mencapai 19,6%. Produksi listrik ini kurang lebih sebesar 65 Terawatt jam (TwH).
Diprediksi, target bauran energi di tahun 2025 bisa tercapai dengan asumsi Indonesia telah menggunakan energi terbarukan berupa bioenergi dan bioetanol. Sayangnya, penggunaan bioetanol saat ini belum terealisasikan. Potensi besar ada di sektor listrik saja, karena bauran energi primer di sektor listrik sudah mencapai 15-20%.
Jenis Energi Terbarukan yang Bisa Dimanfaatkan
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa energi terbarukan berasal dari energi yang tersedia di alam. Apa saja? Berikut penjelasannya.
1. Energi Surya
Energi surya diperoleh dari sinar matahari yang bisa diubah menjadi listrik dengan menggunakan panel surya atau dimanfaatkan secara langsung untuk pemanasan melalui kolektor surya. Pemanfaatan energi surya kerap dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Sekarang ini, PLTS sudah marak digunakan di Indonesia.
2. Energi Panas Bumi (Geotermal)
Energi panas bumi (geotermal) berasal dari panas yang tersimpan di dalam perut bumi. Pemanfaatan dari energi panas bumi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Energi ini dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, memanaskan bangunan, dan berbagai keperluan lainnya.
3. Energi Angin
Energi angin dihasilkan dari pergerakan udara yang memutar turbin angin untuk menghasilkan listrik. Banyak negara telah membangun ladang angin di darat maupun di lepas pantai untuk meningkatkan kapasitas produksi listrik bersih termasuk Indonesia.
4. Energi Air (Hidroelektrik)
Energi ini berasal dari aliran air yang digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Energi ini paling banyak digunakan di dunia karena sumber air yang relatif stabil.
5. Energi Biomassa
Biomassa adalah energi yang dihasilkan dari bahan organik seperti kayu, limbah pertanian, dan sisa makanan. Bahan-bahan ini dapat dikonversi menjadi biofuel atau dibakar langsung untuk menghasilkan energi.
6. Energi Laut (Gelombang dan Pasang Surut)
Energi laut memanfaatkan pergerakan air laut akibat gelombang atau pasang surut untuk menghasilkan listrik. Teknologi ini masih dalam tahap pengembangan tetapi memiliki potensi besar untuk menjadi sumber energi masa depan.
Baca juga: Perbandingan Sepeda Listrik dan Sepeda Konvensional: Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing
Manfaat Penggunaan Energi Terbarukan Bagi Masyarakat dan Lingkungan
Dengan sifatnya yang terus terbarukan dan energinya tidak habis, pemanfaatan energi ini pastinya memberikan dampak positif bagi lingkungan juga masyarakat. Berikut penjelasannya.
1. Mengurangi Pemanasan Global dan Ramah Lingkungan
Menggunakan energi yang bisa diperbarui ini tidak melibatkan eksploitasi layaknya pengambilan serta pengolahan minyak bumi. Polusi bagi lingkungan termasuk risiko efek rumah kaca bisa dikurangi dengan memanfaatkan energi ini.
2. Sumber Daya yang Tidak Terbatas
Berbeda dengan bahan bakar fosil yang bisa habis, energi terbarukan berasal dari sumber yang terus diperbarui oleh alam, seperti matahari dan angin.
3. Mengurangi Ketergantungan pada Impor Energi
Dengan menggunakan energi baru ini, negara bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang harus diimpor dari negara lain, sehingga meningkatkan kemandirian energi.
4. Menciptakan Lapangan Kerja Baru
Industri energi ini juga membuka peluang kerja baru di berbagai sektor, seperti manufaktur, instalasi, dan pemeliharaan sistem energi hijau.
5. Kesehatan Masyarakat Terjaga
Dengan mengurangi polusi udara yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, energi terbarukan dapat membantu mengurangi risiko penyakit pernapasan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Tantangan yang Dihadapi dalam Penerapan Energi Terbarukan
1. Kebijakan Tidak Konsisten
Ada banyak kebijakan yang mendukung upaya dan pengembangan EBT. Sayangnya, sering terjadi perubahan kebijakan dan peraturan yang signifikan dan bersifat jangka pendek. Hal ini membuat sulitnya mewujudkan kepastian bagi developer dan investor EBT dalam kebutuhan penyederhanaan proses perizinan hingga penyediaan infrastruktur pendukung.
2. Masih Ketergantungan pada Kondisi Alam
Energi matahari hanya dapat dihasilkan saat matahari bersinar, dan energi angin bergantung pada kecepatan angin. Hal ini membuat ketersediaan energi tidak selalu stabil dan memerlukan solusi penyimpanan energi yang efisien.
3. Biaya
Salah satu tantangan utama dari penerapan EBT adalah biaya awal yang tinggi. Seperti yang diketahui untuk pemasangan panel surya untuk rumah tangga berkisar Rp20 juta – Rp50 juta. Contoh lain untuk membuat turbin angin sumbu horizontal dengan daya 1000 Watt dan kecepatan angin rata-rata 4,5 – 5.0 m/s, dibutuhkan biaya sekitar Rp. 81.800.000.
4. Keterbatasan Ahli Teknis
Dalam pengembangan dan kegiatan operasional EBT membutuhkan tenaga ahli teknis yang khusus dan terampil. Di Indonesia, masih terbatas tenaga kerja ahli yang terampil di bidang ini.
Baca juga: Tips Memilih Kompor Induksi untuk Pemula
Energi terbarukan seperti oase akan masalah lingkungan dan kesehatan yang selama ini menjadi momok bagi masyarakat dunia. Semoga ke depannya, berbagai tantangan di atas bisa diatasi dengan kerja sama kolektif dari pemerintah, stakeholder hingga masyarakat. Agar bisa mewujudkan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.