Hari Kopi Nasional: Perjalanan Kopi dari Petani ke Cangkir

JNEWS – Hari Kopi Nasional dirayakan setiap 11 Maret untuk menghargai kenikmatan kopi, juga perannya dalam budaya dan perekonomian Indonesia. Peringatan ini pertama kali diselenggarakan pada 2018 oleh Dewan Kopi Indonesia (DEKOPI) dan berbagai pemangku kepentingan industri kopi. ​

Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada 1696 ketika kopi pertama kali diperkenalkan oleh Belanda melalui Malabar, India. Sejak itu, kopi berkembang menjadi komoditas penting yang mengangkat nama Indonesia di kancah internasional. Perjalanan panjang kopi dari biji hingga cangkir melibatkan dedikasi para petani, pengolah, dan penikmat kopi di seluruh negeri.

Peringati Hari Kopi Nasional dengan Menelusuri Perjalanan Kopi

Untuk merayakan Hari Kopi Nasional, mari kenali lebih dalam bagaimana kopi melewati berbagai tahap sebelum tersaji dalam cangkir.

Hari Kopi Nasional: dari Petani ke Cangkir

1. Penanaman

Kopi tumbuh di daerah beriklim tropis dengan ketinggian antara 600 hingga 2.000 mdpl. Semakin tinggi lokasinya, biasanya semakin kompleks cita rasa kopi yang dihasilkan.

Petani menanam kopi dari biji atau bibit kecil yang kemudian tumbuh menjadi pohon setinggi sekitar 2–4 meter. Tanaman kopi mulai berbuah setelah 3–4 tahun, tergantung varietas dan kondisi tanah. Buah kopi, yang disebut cherry, berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi merah saat matang. Faktor seperti curah hujan, sinar matahari, dan perawatan tanaman sangat mempengaruhi hasil panen.

Indonesia memiliki banyak daerah penghasil kopi berkualitas tinggi karena kondisi geografis yang mendukung. Tak heran jika Hari Kopi Nasional menjadi momen untuk merayakan keberagaman kopi dari berbagai wilayah. Beberapa daerah yang paling terkenal untuk menanam kopi antara lain:

Setiap daerah ini memiliki karakteristik kopi yang unik, dipengaruhi oleh ketinggian, jenis tanah, serta metode pengolahan yang digunakan.

Baca juga: 9 Jenis Kopi Populer Asli Indonesia yang Mendunia

2. Panen

Panen kopi biasanya dilakukan sekali dalam setahun, kecuali di beberapa daerah yang bisa panen dua kali.

Ada dua cara memanen, yaitu hand-picking dan strip-picking. Hand-picking dilakukan dengan memilih buah yang benar-benar matang satu per satu, sehingga hasilnya lebih berkualitas. Strip-picking lebih cepat karena semua buah dipetik sekaligus, tetapi hasilnya bercampur antara matang dan mentah.

Setelah dipanen, buah kopi segera diolah agar tidak mengalami fermentasi berlebihan yang bisa merusak cita rasanya. Proses panen yang baik sangat menentukan kualitas kopi di tahap berikutnya.

3. Pengolahan Buah Kopi

Setelah dipanen, biji kopi harus dipisahkan dari daging buahnya menggunakan metode dry process atau wet process. Dry process dilakukan dengan menjemur buah kopi utuh di bawah matahari selama beberapa minggu sebelum dikupas. Metode ini sering digunakan di daerah dengan curah hujan rendah dan menghasilkan kopi dengan rasa lebih manis serta kaya body.

Wet process lebih cepat karena buah kopi direndam dalam air, difermentasi, lalu dicuci untuk menghilangkan lendir sebelum dikeringkan. Proses basah menghasilkan rasa kopi yang lebih bersih dan cerah, tetapi membutuhkan lebih banyak air. Pemilihan metode bergantung pada tradisi lokal dan profil rasa yang diinginkan.

4. Pengeringan

Biji kopi yang sudah diproses harus dikeringkan hingga kadar airnya mencapai sekitar 10–12%. Pengeringan bisa dilakukan dengan menjemur di bawah sinar matahari atau menggunakan mesin pengering.

Jika dijemur, biji kopi harus sering dibalik agar kering merata dan tidak berjamur. Proses ini bisa memakan waktu beberapa hari hingga minggu, tergantung cuaca dan metode yang digunakan. Jika kadar air terlalu tinggi, biji bisa berjamur atau mengalami fermentasi tidak diinginkan. Pengeringan yang tepat menjaga kualitas biji kopi sebelum masuk tahap berikutnya.

5. Pengupasan Kulit

Setelah kering, biji kopi masih memiliki kulit luar yang disebut parchment (kulit tanduk) atau husk jika menggunakan metode dry process. Kulit ini harus dikupas menggunakan mesin khusus sebelum biji siap untuk disortir.

Pengupasan dilakukan dengan hati-hati agar biji tidak pecah atau rusak. Setelah dikupas, biji kopi disebut green beans atau biji kopi mentah yang siap diperdagangkan. Warna dan bentuk biji hijau ini akan menunjukkan kualitasnya. Biji yang berkualitas tinggi akan tampak seragam, bebas dari cacat, dan siap untuk dikirim ke berbagai tempat.

6. Sortasi dan Grading

Biji kopi harus disortir untuk memastikan hanya yang berkualitas baik yang akan diproses lebih lanjut. Penyortiran bisa dilakukan secara manual oleh pekerja atau menggunakan mesin yang memisahkan biji berdasarkan ukuran, berat, dan warna.

Kopi yang memiliki cacat seperti pecah, berlubang, atau berubah warna akan dipisahkan. Setelah itu, biji diklasifikasikan berdasarkan sistem grading, yang berbeda di setiap negara dan produsen. Grading ini menentukan nilai jual kopi di pasar internasional. Kopi dengan kualitas tinggi biasanya berasal dari hasil panen yang dipilih secara selektif.

7. Eksportasi dan Distribusi

Setelah disortir, biji kopi mentah dikemas dalam karung besar berbahan goni atau plastik khusus. Kopi kemudian dikirim ke berbagai negara melalui jalur laut atau udara, tergantung permintaan. Negara-negara pengimpor seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa memiliki standar ketat untuk kualitas kopi.

Sebagian kopi langsung dikirim ke roastery (tempat pemanggangan), sementara sebagian lainnya dijual ke pengecer atau lelang kopi internasional. Perjalanan kopi dari petani ke pembeli bisa memakan waktu berbulan-bulan sebelum akhirnya sampai ke konsumen. Selama perjalanan ini, kualitas kopi harus tetap terjaga agar tidak mengalami kerusakan.

8. Roasting (Sangrai)

Roasting adalah tahapan ketika biji kopi mentah diubah menjadi biji kopi yang siap diseduh. Proses ini dilakukan dengan memanaskan biji dalam mesin sangrai pada suhu sekitar 180–240°C selama 10–20 menit.

Tingkat sangrai memengaruhi rasa kopi, mulai dari light roast (lebih asam dan fruity), medium roast (seimbang), hingga dark roast (pahit dan beraroma karamel). Selama proses ini, biji kopi berubah warna dari hijau menjadi cokelat dan mengeluarkan aroma khas.

Setelah disangrai, biji harus segera didinginkan agar tidak terus mengalami pemanggangan akibat panas sisa. Proses roasting yang tepat menentukan cita rasa akhir kopi dalam cangkir.

9. Penggilingan

Biji kopi yang telah disangrai kemudian digiling sesuai dengan metode penyeduhan yang akan digunakan. Tekstur gilingan bervariasi, mulai dari sangat halus untuk espresso, sedang untuk pour-over, hingga kasar untuk French press. Gilingan yang terlalu halus bisa membuat kopi terasa pahit karena ekstraksi berlebihan, sementara yang terlalu kasar bisa membuat rasa kopi terlalu lemah. Penggilingan sebaiknya dilakukan sesaat sebelum penyeduhan agar aroma dan rasa kopi tetap segar.

Banyak pencinta kopi memilih menggiling sendiri menggunakan grinder manual atau elektrik. Kualitas gilingan berpengaruh besar terhadap hasil akhir secangkir kopi.

10. Penyeduhan

Tahap terakhir dalam perjalanan kopi adalah penyeduhan, yang bisa dilakukan dengan berbagai metode. Espresso dibuat dengan tekanan tinggi, menghasilkan kopi yang kental dan beraroma kuat. Metode pour-over seperti V60 menghasilkan rasa lebih bersih dan ringan, sementara French press memberikan hasil lebih kaya dan berbodi tebal. Kopi tubruk, yang banyak digunakan di Indonesia, cukup dengan menyeduh bubuk kopi langsung dengan air panas tanpa penyaringan.

Setiap metode memiliki teknik dan rasio air-kopi yang berbeda untuk menghasilkan rasa yang optimal. Dari sinilah kopi akhirnya siap dinikmati dalam cangkir, membawa perjalanan panjang dari perkebunan hingga meja minum. Merayakan Hari Kopi Nasional bisa menjadi momen yang tepat untuk mengeksplorasi berbagai cara menyeduh dan menikmati kopi sesuai selera.

Baca juga: Oleh-Oleh Khas Medan untuk Pencinta Kopi: Temukan Rasa Kopi Terbaik

Hari Kopi Nasional bukan sekadar perayaan, tapi juga pengingat tentang perjalanan panjang kopi sebelum sampai di cangkir. Di balik setiap tegukan, ada kerja keras petani, prosesor, roaster, dan penyeduh yang menjaga kualitasnya.

Menikmati kopi berarti menghargai seluruh prosesnya, dari kebun hingga meja. Setiap seduhan punya cerita dan karakter rasa yang unik. Momen Hari Kopi Nasional ini bisa jadi kesempatan untuk mengenal kopi lebih dalam dan mendukung kopi lokal.

Exit mobile version