JNEWS – Kalimantan Selatan atau Kalsel merupakan provinsi yang kaya dengan sumber daya alam dan budaya. Letaknya dengan Pulau Jawa yang hanya terpisah oleh Laut Jawa membuat Kalsel menjadi salah satu tujuan favorit perantau. Karena itu, tak heran jika jumlah pendatang dari suku Jawa, Madura dan Sunda cukup banyak di Kalsel.
Meski daya tarik Kalsel sangat kuat, tetapi masih banyak yang belum mengetahui seperti apa adat dan budaya masyarakat Kalsel. Padahal Kalsel memiliki banyak sekali keunikan tradisi, adat dan kearifan lokal yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
Tradisi, Adat dan Kearifan Lokal Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi yang dulu memiliki ibu kota di Banjarmasin, tetapi sejak tahun 2022 pindah ke Banjarbaru. Kalsel, bersama dengan Kaltim dan Kalbar, menjadi provinsi pertama yang dibentuk di Pulau Kalimantan. Alam Kalsel dikelilingi oleh banyak sungai dan hutan tropis alami.
Penduduk asli Kalimantan Selatan didominasi oleh suku Banjar dan diikuti oleh suku Dayak. Dengan demikian, keunikan budaya Kalsel diwarnai dengan tradisi Banjar, Dayak, dan suku-suku pendatang. Berikut ini adalah beberapa tradisi, adat, dan kearifan lokal yang terdapat di Kalimantan Selatan.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Budaya dan Tradisi Masyarakat Adat di Kalimantan Utara
1. Sistem Irigasi Banjar
Masyarakat Banjar telah menerapkan sistem irigasi berdasarkan kearifan lokal sejak dulu kala. Dikutip dari laman Simdapokbud Banjarkab, sejak berabad-abad lalu masyarakat Banjar membuat kanal-kanal yang diberi nama berbeda-beda berdasarkan jenis dan tingkatannya, yaitu antasan, anjir, handil, tatah, dan saka.
Kanal-kanal dengan panjang hingga puluhan kilometer tersebut dibangun oleh komunitas atau keluarga menggunakan sundak atau linggis. Tiap kanal bersifat multifungsi, tetapi minimal dapat digunakan untuk keperluan irigasi dan transportasi.
2. Seni Sasirangan
Sasirangan berasal dari kata manyirang, yang artinya menjelujur. Cara pembuatan kain khas Banjar ini dilakukan dengan menjelujur bahan, mengikat, lalu mencelupkannya ke dalam pewarna.
Awalnya kain ini dikenal dalam proses menyembuhkan orang sakit yang disebut batatamba. Setiap warna pada kain tersebut melambangkan penyakit yang diderita. Sejak abad ke-12, yaitu ketika Raja Lambung Mangkurat menjadi Patih Negara Dipa, sasirangan menjadi kain sakral yang diwariskan.
3. Penggosokan Intan
Kota Banjar dikenal juga sebagai Kota Intan karena banyak warga yang memiliki keterampilan menggosok intan yang telah dilakukan secara turun-temurun. Bahan batu intan tersebut digosok menjadi intan mentah dan intan masak.
Untuk meningkatkan nilai kerajinan ini, Dinas Perindustrian memberikan pembinaan untuk mengolah intan yang telah digosok menjadi perhiasan siap pakai.
4. Badudus
Badudus adalah tradisi menyucikan diri dengan cara mandi untuk berbagai keperluan adat, antara lain badudus pengantin dan badudus tian mandaring. Badudus pengantin dilakukan oleh pengantin setelah akad nikah sebelum bersanding dalam resepsi pernikahan. Sedangkan badudus tian mandaring dilakukan oleh wanita yang hamil untuk pertama kalinya pada usia kehamilan tujuh bulan.
5. Basusuluh dan Badatang
Basusuluh adalah tradisi mencari informasi tentang latar belakang calon pengantin yang akan dilamar. Dengan demikian, tradisi ini dilakukan oleh keluarga calon pengantin pria. Jika hasil tradisi basululuh memuaskan maka diikuti dengan tradisi badatang.
Badatang adalah proses lamaran resmi oleh perwakilan keluarga calon pengantin pria kepada keluarga calon pengantin wanita. Pada tradisi ini akan ditentukan nilai mahar yang harus dibayarkan, tanggal akad nikah, dan acara resepsi pernikahannya.
6. Baarak Naga
Baarak naga adalah tradisi mengarak pengantin pria keliling kampung atau menuju pelaminan. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat keturunan Datu Taruna di Desa Barikin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Arak-arakan ini tidak harus menggunakan tandu, tapi dapat juga mengendarai mobil yang dihias seperti naga. Tak jarang ada masyarakat yang kesurupan lalu menari mengikuti irama pengiring arak-arakan.
7. Betasmiah
Betasmiah adalah pemberian nama pada bayi yang baru lahir. Biasanya betasmiah bersamaan dengan akikah yang merupakan penyembelihan 2 ekor kambing untuk bayi laki-laki atau seekor kambing untuk bayi perempuan berdasarkan syariat Islam.
Namun betasmiah dapat dilakukan lebih dulu, yaitu segera setelah bayi lahir. Sedangkan akikah menyusul setelah orang tua bayi memiliki kemampuan finansial untuk melaksanakannya.
8. Pasar Terapung
Banyaknya sungai di Kalimantan Selatan dimanfaatkan sebagai penopang kehidupan sehari-hari masyarakat, salah satunya untuk pasar terapung. Pasar terapung yang terkenal adalah Pasar Terapung Muara Kuin dan Pasar Terapung Lok Baintan (Pasar Terapung Sungai Martapura).
Umumnya pasar terapung dipenuhi oleh pedagang wanita di pagi hari menjelang fajar. Mereka menggunakan perahu jukung atau kelotok dan mengenakan topi caping berwarna-warni. Pemandangan ini sangat keren di foto. Sedangkan jenis barang yang dijual cukup beragam, dari buah, sayur hingga soto banjar dan kopi panas.
Baca juga: Melihat Lebih Dekat 2 Pasar Terapung Kalimantan Selatan
9. Baayun Maulid
Baayun Maulid adalah tradisi mengayun bayi atau anak sambil membacakan syair tentang Maulid Nabi Muhammad saw. yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur terhadap kelahiran Nabi Muhammad. Selain itu, para orang tua berharap anak-anak mereka dapat mengikuti contoh teladan yang diberikan oleh Rasulullah.
Baayun Maulid dilaksanakan di masjid. Sedangkan ayunan yang digunakan terbuat dari 3 lapis kain dengan bagian atas berupa kain sasirangan atau sarigading. Ayunan tersebut dihias dengan daun nipah, nyiur pohon kelapa, pisang, kue cucur, kue cincin, ketupat dan sebagainya. Penyelenggara juga harus menyediakan piduduk berupa 3,5 liter beras, gula merah dan garam untuk anak laki-laki, serta sedikit garam ditambah minyak goreng untuk anak perempuan.
10. Aruh Ganal
Aruh ganal merupakan tradisi yang dilakukan setelah panen sebagai ungkapan rasa syukur serta doa agar di panen berikutnya lebih melimpah. Aruh ganal dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Meratus di bulan Juli. Tradisi ini melibatkan beberapa proses berdasarkan ajaran Nining Bahatara serta pengaruh Hindu. Pada upacara ini juga ditampilkan tari babangsai sebagai penghormatan terhadap roh nenek moyang.
Keunikan budaya Kalimantan Selatan di atas menunjukkan bahwa tradisi, adat, dan kearifan lokal Kalsel masih terjaga. Para pendatang juga menghormati adat dan budaya Kalsel. Keunikan budaya tersebut merupakan kekayaan Kalsel yang sangat berharga.