Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki banyak sekali pelabuhan. Hanya saja, PT Samudera Indonesia Tbk. menilai pelabuhan di Indonesia memiliki kualitas yang masih kurang baik dari segi jumlah maupun kapasitas.
Dengan kualitas pelabuhan yang kurang baik tadi, hal ini dinilai akan menjadi tantangan tersendiri bagi peningkatan aktivitas angkutan laut dan sektor maritim dalam situasi pasca pandemi seperti saat ini. Sementara itu, dengan jumlah penduduknya yang besar, tentu saja tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia sangat besar.
Menurut Direktur Utama PT Samudera Indonesia Bani Maulana Mulia, akan sangat disayangkan apabila kualitas pelabuhan akan menjadi tantangan dalam menyokong alur distribusi dari kebutuhan konsumsi dari masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Tekan Biaya Logistik, IPC Kembangkan Platform i-Hub
“Jumlah pelabuhan di Indonesia sangat kurang padahal sudah ratusan hingga ribuan, yang kualitas dan kondisinya bisa disamakan dengan tolak ukur terbaik masih sangat sedikit,” ujarnya seperti mengutip laman Bisnis.com.
Menurutnya, kualitas antar satu pelabuhan dengan pelabuhan lainnya masih berbeda-beda. Ia pun mencontohkan dengan kualitas yang ada di Pelabuhan Tanjung Priok, di mana memiliki kualitas yang lebih unggul dibanding pelabuhan di wilayah lainnya. “Ketika kualitasnya berbeda, sudah barang tentu produktivitasnya berbeda,” jelasnya.
Hal ini senada dengan kualitas di jalan tol, semisal ketika pengendara memasuki jalan tol di Jakarta, maka tol tersebut menerapkan Multi Lane Free Flow (MLFF) atau proses pembayaran tol tanpa kendaraan tersebut harus berhenti. Akan tetapi, pengguna kembali lagi harus menggunakan alat pembayaran tunai ketika keluar di jalan tol Cikampek.
“Ini pelabuhan pintu kelancaran, produktivitas satu titik harus disamakan dengan titik lain, pelabuhan produktif belum merata. Ini sebagai peluang, pemain lokal, swasta, BUMN, maupun luar negeri, Indonesia masih menjadi pasar bertumbuh yang potensial,” katanya.
Terkait potensi, Bani menilai bahwa Indonesia memiliki keuntungan di tengah resesi tetapi memiliki potensi besar yang bisa digarap. Masih banyak pasar yang dapat digarap, sehingga kran-kran saluran investasi yang masih macet ini harus segera dibuka.
“Begitu kemacetan dibuka potensi jadi jauh lebih besar. Indonesia sedang terhambat sedikit kecepatannya dalam bekerja, begitu kelancaran terbuka lagi, potensi tumbuh lebih terbuka lagi,” urainya.
Baca Juga: Tol Laut Berkembang, Rajut Koneksi Berikan Akses Pelaku Usaha Logistik
Digitalisasi Pelabuhan
Tidak semua pelabuhan di Indonesia memiliki kualitas pelayanan yang buruk. Beberapa pelabuhan pun di antaranya sudah ada yang menerapkan digitalisasi untuk mempermudah pelayanan, seperti salah satunya di Pelabuhan Batam yang menerapkan aplikasi Inaportnet.
Penerapan go live Inaportnet ini dilakukan pada Kamis 5 November kemarin. Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Dr. Capt. Antoni Arif Priadi mengatakan bahwa penerapan Inapornet di Pelabuhan merupakan salah satu upaya guna mengantisipasi perkembangan sistem Informasi yang begitu pesat dalam segala aspek kehidupan, apalagi di masa pandemi seperti saat ini. Pemanfaatan teknologi sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengurangi tatap muka dan kerumunan masyarakat termasuk dalam pelayanan di bidang pelayaran.
“Untuk itu, penerapan Inaportnet di pelabuhan adalah langkah yang tepat, karena dapat mengubah proses layanan kapal dan barang di pelabuhan yang sebelumnya dilakukan secara manual menjadi proses digital dengan memanfaatkan sistem teknologi informasi”, ujar Dr Capt. Antoni.
Baca Juga: Model Bisnis Konvensional Jadi Tantangan Sektor Logistik