JNEWS ONLINE
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Kuis JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Infografik
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Logistik & Kurir
  • e-Commerce
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • Content Competition 2023
    • Cosmo JNE FC
    • HUT 32 Tahun JNE
    • Pekan Kartini
    • JNE x Slank
    • Gelitik
No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Lokasi JNE
    • Loker JNE
    • Program JNEWS Online
      • Kuis JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis Kalender JNE
    • Video
  • Infografik
  • UKM
    • Komunitas
    • Golaborasi 2023
  • Logistik & Kurir
  • e-Commerce
  • Lifestyle
    • Tekno
    • Traveling
  • Liputan Khusus
    • Content Competition 2023
    • Cosmo JNE FC
    • HUT 32 Tahun JNE
    • Pekan Kartini
    • JNE x Slank
    • Gelitik
No Result
View All Result
JNEWS Online
No Result
View All Result
Home Traveling

10 Makanan Tradisional yang Hampir Punah dan Apa yang Bisa Dilakukan untuk Melestarikannya

by Penulis Konten
20 September 2023
10 Makanan Tradisional yang Hampir Punah dan Apa yang Bisa Dilakukan untuk Melestarikannya
Share on FacebookShare on Twitter

Makanan tradisional tidak kalah enak dengan makanan-makanan modern. Namun banyak makanan tradisional yang makin langka dan hampir punah. Umumnya penyebab utama kelangkaan tersebut adalah bahan baku yang semakin sulit dicari dan kemasan yang kurang higienis atau estetik.

Meski begitu, banyak pula makanan tradisional yang bisa terangkat dan kembali populer. Misalnya talam durian khas Pekanbaru yang tiba-tiba mencuat menjadi salah satu ikon oleh-oleh sehingga mendominasi toko-toko besar. Itu berarti ada banyak harapan pada makanan-makanan tradisional lainnya agar bangkit dan dikenal kembali.

10 Makanan Tradisional yang Hampir Punah

Mengangkat nama makanan tradisional yang hampir punah merupakan salah satu upaya untuk melestarikan budaya Indonesia. Berikut adalah 10 makanan tradisional yang hampir punah dan apa yang bisa dilakukan untuk melestarikannya.

1. Lompong Sagu Khas Minang

Lompong sagu adalah kudapan yang terbuat dari campuran sagu, gula merah dan pisang yang dibungkus daun pisang, lalu dibakar. Makanan ini pernah menjadi oleh-oleh favorit daerah pesisir Sumatra Barat yang banyak pohon sagu. Namun sekarang sepi peminat sehingga pembuatnya ikut berkurang.

Lompong sagu yang berukuran 20 cm dianggap sebagai salah satu penyebab orang enggan membeli. Ukuran tersebut terlalu besar untuk disantap dalam perjalanan. Dibutuhkan inovasi dalam hal kemasan agar lompong sagu kembali menarik sebagai oleh-oleh.

Baca juga: Daftar Lengkap 15 Makanan Khas Jawa Barat yang Selalu Dicari Wisatawan

2. Recok Khas Palembang

Recok adalah semacam pempek yang disajikan dengan kuah model. Pempek dan model adalah makanan khas Palembang yang sudah terkenal. Di Palembang, pempek dan model dijual di berbagai sudut kota, dari kakilima hingga restoran. Sementara recok yang hampir punah dan hanya dijual di satu tempat di Palembang, yaitu di Jalan Lingkaran.

Perlu inovasi untuk isiannya agar lebih menarik. Mungkin bisa mencontoh inovasi yang dilakukan para penjual bakso dengan menambahkan aneka varian, dari varian keju hingga sambal di dalam bakso.

Makanan tradisional - sayur babanci
Sumber: senibudayabetawi.co

3. Sayur Babanci Khas Betawi

Umumnya sayur babanci dimakan bersama ketupat. Sayur ini berbahan utama daging kepala sapi, terutama pipi. Itulah sebabnya dinamakan babanci karena disebut sayur tetapi tidak ada sayurannya. Sayur babanci bisa ditemui di bulan Ramadan, Idulfitri, Iduladha atau di Setu Babakan.

Kelangkaan sayur babanci akibat semakin sulitnya mendapatkan rempah-rempah yang lengkap untuk bumbu, antara lain kedaung, temu kunci, bangle, dan sebagainya. Pembuat sayur babanci perlu bekerja sama dengan kelompok atau pemilik kebun tanaman herbal atau rempah-rempah agar bisa mendapatkan pasokan yang dibutuhkan.

4. Jubada Khas Sumenep

Jika berkunjung ke Pulau Madura, mampirlah di Pasar Kapedi, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep karena jubada atau jubede hanya ada di sana. Makanan tradisional sejenis dodol yang diikat itu terbuat dari tepung tapioka, gula merah, dan air nira siwalan. Jubada tercatat dalam laporan ketua komite pangan Hindia Belanda yang dibuat oleh William Frederick Donath pada tahun 1935.

Saat ini, hanya tinggal 8 produsen Jubada. Jubada perlu diperkenalkan lagi dengan kemasan yang lebih menarik untuk dijadikan oleh-oleh. Misalnya dibungkus secara individual seperti permen atau kukis.

5. Kue Rangi Khas Betawi

Kue rangi terbuat dari tepung kanji dan parutan kelapa yang dibakar di atas api kecil. Pembuat bisa menggunakan cetakan kue pancong, tetapi bisa juga tanpa cetakan. Dahulu kue rangi dijajakan oleh pedagang keliling. Kue rangi ini sebaiknya dinikmati selagi hangat, apalagi kue ini mudah basi.

Jika ingin dikenal lagi, kue rangi bisa dihadirkan di pameran-pameran atau di tempat-tempat strategis seperti kerak telor, yang kini hadir di acara-acara kuliner tak hanya di Jakarta saja, tetapi di seluruh Indonesia.

6. Cethot Khas Kulonprogo

Dahulu cethot merupakan makanan penolong ketika terjadi musim paceklik. Waktu itu bahan makanan dari luar daerah susah didapatkan dan tanaman tidak bisa tumbuh subur, kecuali singkong. Singkong muda enak direbus atau dikukus. Bagaimana dengan singkong tua?

Cethot terbuat dari singkong tua segar yang diparut, dikukus, didinginkan, lalu diiris kotak kecil-kecil. Di atas cethot umumnya ditabur serundeng. Bahan bakunya masih ada sekarang, tetapi perlu inovasi peralatan agar prosesnya cepat dan penampilannya dipercantik seperti getuk legendaris dari Magelang.

makanan tradisional - bebek timbungan
Sumber: denpasarkota.go.id

7. Timbungan Khas Bali

Mengutip dari situs resmi Pemkot Denpasar, timbungan ini unik karena kelangkaan makanan ini disebabkan oleh cara memasaknya. Timbungan adalah makanan apa pun yang dimasukkan ke bambu muda dan diletakkan di dekat api selama 12 jam. Isinya tergantung selera, bisa daging ayam, bebek atau babi yang telah dilumuri bumbu genep.

Cara memasak yang lama ini sulit digantikan dengan cara memasak yang lain, karena itulah inti dari timbungan. Mungkin yang bisa dilakukan adalah membuat konten yang menarik sebanyak-banyaknya di media sosial dan membuat sistem pemesanan sehari sebelumnya atau preorder.

8. Cao Khas Sulawesi Selatan

Jika di Jawa es cao merujuk ke cincau atau camcao, cao di Sulsel ini benar-benar beda. Cao dari Sulsel merupakan hasil fermentasi ikan atau udang menggunakan ragi. Fermentasi dilakukan di dalam botol selama 3 hari hingga warnanya berubah pink. Setelah itu cao dimasak lagi dengan bumbu sebelum disantap.

Cao adalah cara warga Pulau Salermo mengawetkan ikan karena jarak rumah dengan pasar yang jauh di pulau lain. Mungkin perlu penelitian agar cao bisa lebih tahan lama dan dikemas seperti kimchi dari Korea yang merupakan produk fermentasi.

9. Kerupuk Pipih Khas Kalimantan Tengah

Kerupuk pipih terbuat dari ikan pipih. Kelangkaan kerupuk ini karena sekarang ikan pipih termasuk hewan yang dilindungi. Kerupuk pipih masih dibuat hingga sekarang tapi menggunakan ikan gabus atau haruan yang cita rasanya berbeda.

Untuk hal ini yang dapat dilakukan adalah terus mencari cita rasa ikan pengganti yang mirip dengan ikan pipih karena tak ada yang bisa dilakukan terhadap hewan yang dilindungi kecuali mematuhi aturan larangan menangkapnya.

10. Sayur Pucuk Keladi Khas Kepulauan Sula

Kepulauan Sula terletak di Maluku Utara. Penyebab warga tak lagi memasak sayur ini adalah karena sulitnya mendapatkan pucuk keladi. Dahulu keladi tumbuh liar di rawa-rawa yang bebas diambil warga. Sekarang sebagian besar rawa-rawa tersebut sudah beralih fungsi menjadi perumahan, pertokoan, dan fasilitas publik lainnya.

Baca juga: 10 Makanan Khas Surabaya dengan Rasa Unik yang Tak Ada di Tempat Lain

Itulah 10 makanan Indonesia yang hampir punah dan cara melestarikannya. Masyarakat bisa mendukung dengan cara masing-masing, antara lain mencari resep dan belajar memasaknya, membeli makanan tersebut jika masih ada yang menjualnya, atau mencoba mengemas ulang dan membuat merek yang sesuai dengan perilaku konsumen zaman sekarang.

Tags: caocethotjubadakerupuk pipihkue rangilompong sagumakanan tradisional Indonesiarecoksayur babancisayur pucuk keladitimbungan
Share187Tweet117Share47
Next Post
Villa Puncak: Suasana yang Ideal untuk Rapat Kerja atau Acara Perusahaan

Villa Puncak: Suasana yang Ideal untuk Rapat Kerja atau Acara Perusahaan

TERKINI

7 Tradisi Mahar Pernikahan Unik dari Berbagai Adat di Indonesia

7 Tradisi Mahar Pernikahan Unik dari Berbagai Adat di Indonesia

27 September 2023
Mengintip Menu Sarapan Pagi Para Selebriti

Mengintip Menu Sarapan Pagi Para Selebriti, dari Andien Aisyah hingga Luna Maya

27 September 2023
Sumber: IMDb

Rekomendasi Drama Thailand yang Harus Ditonton Pencinta Drama

27 September 2023
asian games huangzhou 2023

7 Games yang Dilombakan di Asian Games 2023

26 September 2023
kurir jne cilacap berbagi kiat mengantar paket cod

Kiat Antarkan Paket COD agar Pelanggan Senang ala Kurir Teladan JNE Cilacap

26 September 2023
Aktivitas Seru di Pantai Baron

Aktivitas Seru di Pantai Baron: Snorkeling, Berkemah, dan Eksplorasi Karst

26 September 2023

POPULER

Panduan Lengkap Berkunjung ke Taman Bunga Nusantara

Panduan Lengkap Berkunjung ke Taman Bunga Nusantara: Aktivitas, Harga Tiket, dan Tips Perjalanan

by Penulis Konten
19 September 2023

makanan tradisional nasi gudeg

38 Makanan Tradisional dari 38 Provinsi di Indonesia – Yang Mana Favoritmu?

by Penulis Konten
17 July 2023

kurir jne cilacap berbagi kiat mengantar paket cod

Kiat Antarkan Paket COD agar Pelanggan Senang ala Kurir Teladan JNE Cilacap

by Redaksi JNEWS
26 September 2023

Perbandingan Sepeda Listrik dan Sepeda Konvensional

Perbandingan Sepeda Listrik dan Sepeda Konvensional: Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing

by Penulis Konten
11 September 2023

Apa Perbedaan MRT dan LRT yang Digadang Jadi Moda Transportasi Publik Efisien?

Apa Perbedaan MRT dan LRT yang Digadang Jadi Moda Transportasi Publik Efisien?

by Penulis Konten
13 September 2023

JNEWS Online

©2020 - Your Trusted Logistic Portal

Navigate Site

  • About
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

No Result
View All Result
  • JONI
    • Aksi JONI
    • Inspirasi JONI
    • Hobi JONI
    • Video
    • Kuis Kalender JNE
    • Program JNEWS Online
      • Fun Writing
      • Kuis JNEWS Online
    • Loker JNE
  • Infografik
  • Logistik & Kurir
  • e-Commerce
  • UKM
    • Komunitas
  • Lifestyle
    • Traveling
    • Tekno
  • Liputan Khusus
    • Pekan Kartini
    • HUT 32 Tahun JNE
    • Cosmo JNE FC

©2020 - Your Trusted Logistic Portal