JNEWS – Ada beberapa suku atau penduduk asli yang mendiami Pulau Jawa. Di antaranya Suku Jawa, Sunda, Baduy, Tengger dan Suku Osing yang kini menetap di beberapa desa di Banyuwangi. Menariknya mereka tetap melestarikan adat dan budayanya yang diwariskan oleh nenek moyangnya, sehingga desa tersebut menjelama menjadi destinasi wisata.
Suku Osing atau biasa disebut Jawa Osing merupakan penduduk asli Banyuwangi, Jawa Timur. Suku ini hingga kini menggunakan bahasa Osing yang masih termasuk sub dialek bahasa Jawa bagian timur.
Dari catatan sejarah, keberadaan Suku Osing di Banyuwangi tak bisa dipisahkan dari Kerajaan Blambangan dan peristiwa Puputan Bayu. Di mana pada akhir kekuasaan Majapahit terjadilah perang saudara sehingga membuat banyak wilayah Majapahit melemah.
Konflik internal yang terjadi di Majapahit membuat kerajaan tersebut akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Malaka. Kerajaan Blambangan yang dulunya merupakan bagian dari Majapahit pun akhirnya berdiri sebagai kerajaan sendiri.
Selama kurun waktu dua abad, sekitar tahun 1546 sampai 1764, Kerajaan Blambangan menjadi sasaran penaklukan dari kerajaan di sekitarnya. Penduduk Blambangan akhirnya melakukan migrasi ke sejumlah daerah karena serangan-serangan dari kerajaan sekitar.
Mereka akhirnya tersebar ke sejumlah tempat. Beberapa mengungsi ke lereng Gunung Bromo yang kini menjadi Suku Tengger, beberapa ke Bali dan sebagian bertahan di Blambangan yang kini dikenal sebagai Banyuwangi. Masyarakat yang memutuskan untuk menetap di Blambangan inilah yang menjadi cikal bakal dari Suku Osing.
Baca juga: 5 Objek Wisata di Banyuwangi Wajib Kamu Kunjungi
Seiring berjalannya waktu Suku Osing menyebar dan tinggal di beberapa desa, namun yang kini bertahan dengan tradisi, budaya hingga penggunaan bahasanya adalah di Desa Kemiren. Dikenal kaya dengan budaya dan tradisi leluhurnya terlebih desa tersebut dikelilingi pemandangan alam yang indah, maka kemudian Desa Kemiren menjelma menjadi destinasi wisata terkenal di Banyuwangi. Bahkan termasuk dalam 50 besar Desa Wisata terbaik di Indonesia dan mendapat Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024).
Untuk mempromosikan Desa Wisata Osing Kemiren, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S. Uno beberapa waktu lalu melakukan kunjungan ke desa tersebut. “Ini pengalaman yang luar biasa, saya berharap ke depan, alam, seni dan budayanya dijaga. Produk ekrafnya juga harus diperhatikan, produknya sangat baik. Tadi saya sudah belanja, semoga bisa ditingkatkan untuk jadi souvenir dan jadi bagian dari pariwisata hijau. Saya ucapkan selamat dan saya nyatakan Desa Wisata Osing Kemiren menjadi salah satu desa wisata Indonesia terbaik 2024,” kata Menparekraf Sandiaga.
Menparekraf Sandiaga menyampaikan, Desa Wisata Osing Kemiren memiliki landscape pedesaan dengan dikelilingi hamparan persawahan, dengan udara sejuk karena masih memiliki banyak pepohonan, sumber mata air dan sungai.
Desa wisata ini diharapkan bisa berprestasi menjadi desa terbaik dunia. “Saya melihat bahwa ini adalah bagian produk pariwisata kita yang bisa ditawarkan kepada dunia, semoga Desa Wisata Osing Kemiren bisa kita tawarkan kepada UN Tourism Village,” pungkas Sandiaga.
Jika baru berkunjung ke Desa Wisata Osing, wisatawan bisa menemukan tradisi mereka yang paling terkenal namanya tradisi Gedogan. Tradisi ini adalah bentuk syukur atas panen yang melimpah. Di musim panen, para perempuan di wilayah ini menampilkan sebuah pertunjukan seni unik dengan memukulkan lesung dan alu diiringi alunan angklung dan tabuhan gendang yang merdu. Wisatawan juga akan menjumpai rumah-rumah adat Suku Osing di kedua sisi jalan dengan pintu ukiran kayu dan bentuk atap yang khas, serta keramahan masyarakatnya. *
Baca juga: Taman Nasional Meru Betiri: Surga bagi Pencinta Alam dan Satwa Liar