Nuansa hidup tak selalu riang. Kadang hura-hura, kadang pula rancu. Layaknya bentuk awan di langit, selalu berubah-ubah, mengikuti arah angin yang membawanya. Kita yang ikut berjalan dibawahnya pun kadang sayup terselimuti teduhnya dari terik surya yang membakar hari.
Namun kita juga basah saat ia tak mampu membendung kepulan air yang sudah dikandungnya dari uapan air darat. Kadang Detik ini kekeringan, sesaat nanti bisa jadi menjadi basah. Benar-benar tak tertebak. Seperti halnya kita, lain hari lain pula masalah yang kita hadapi.
Sebab apa masalah hadir? Sebab orang hidup pasti memiliki masalah baik besar maupun kecil, karena tanpa masalah manusia tak akan benar-benar hidup, hanya bernafas. Setelahnya pergi tanpa ada yang ditinggal, tanpa ada yang dibawa.
Masalah membuat kita bisa tahu apa-apa yang sebelumnya tak kita ketahui, dari masalah pula kita bisa mengerti sesuatu yang tadinya kita tidak pahami. Dengan masalah kita punya karakter diri, tanpa masalah kita hanya angan-angan. Jika selama ini kita pandang masalah hanya dari satu sudut perspektif yang negatif saja, tentu yang akan kita dapatkan adalah hal yang negatif dan berlaku sebaliknya.
Jika kita mampu memandang sebuah masalah itu adalah pintu jalan keluar dari sebuah kesulitan yang kita hadapi, tentunya kita akan merasa tertantang untuk menghadapinya. sebab, selalu ada kemudahan dibalik setiap kesulitan.
Pepatah inilah yang sering terdengar dari seorang Fajaruddin salah seorang staf maintenance di JNE Medan, Fajaruddin namanya, sosok ksatria JNE yang mengawali kariernya sebagai petugas Housekeeping. Berbekal keterampilan yang menurut kami bertolak belakang dengan keahlian yang ia kuasai yaitu teknik bangunan.
Namun, ia memilih untuk mem-vakum-kan keahlianya tersebut dan memilih menjadi Housekeeping. Di tahun awal ia bekerja tidak sulit untuk mencari teman karena sikapnya yang begitu ramah, ia juga tak segan-segan menolong dan membantu dikala dimintakan pertolongan.
Sosok yang sederhana ini gemar bernyanyi pula, bahkan pernah menjadi semi finalis di ajang Got Tallent yang diselenggarakan oleh JNE beberapa tahun yang lalu. Namun kemampuannya dalam teknik bangunan yang ia dapat dari sang ayah tersebut, baru terlihat belakangan ini, saat banyak terjadi kerusakan di area operasional.
Ia melihat selama ini perbaikan-perbaikan tersebut ditangani oleh pihak vendor. Di sisi lain ia juga sering memperhatikan pola kerja pihak vendor dalam memperbaiki supaya kedepanya tidak lagi terjadi kerusakan yang sama.
Berangkat dari pemikiran ini ia akhirnya mulai survive dalam bidang maintenance. Memulai perlahan mengerjakan perbaikan-perbaikan kecil di luar tugas pokoknya. Singkat cerita pihak manajemen melihat keahliannya, dan mengapresiasinya.
Suatu saat ia memberanikan diri untuk ikut serta dalam job posting staf maintenance, mengikuti interview dan menunjukan inovasinya. Pihak manajemen akhirnya memilihnya untuk ditempatkan di unit General Affair sebagai staf maintenance.
Kini ia punya tugas dan tanggung jawab baru. Dari yang awalnya bertanggung jawab sebagai petugas kebersihan, sekarang ia bertanggung jawab atas sebagai petugas Asset Management baik kerusakan maupun yang sifatnya pembaharuan.
Dedikasinya yang membawanya naik satu tangga lebih tinggi dan mungkin kedepan bisa naik satu bahkan puluhan anak tangga lagi, hingga suatu saat ia berada di posisi saat ini.
Darinya kita dapat mengambil pelajaran, bahwa sejatinya ikhlas dalam bekerja dan sifat toleransi ke sesama yang ia miliki, patut kita contoh, tak peduli siapa kita sekarang ataupun jabatan yang kita miliki. Tetaplah maju dengan pola kerja yang baik, agar setiap anak tangga yang ada, dapat kita lalui satu per satu untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi.*