Kepala Perwakilan Bang Indonesia (BI) Jabar Herawanto, memaparkan nila transaksi di e-commerce warga Jawa Barat (Jabar) pada pertengahan triwulan III di 2021 naik sebesar 59,03 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Jumlah tersebut membuat Jabar menempati posisi teratas dibandingkan 10 provinsi lainnya di Indonesia yang memiliki pangsa pasar transaksi terbesar, baik dari sisi pemeblian atau penjualan melalui marketplace.
“Jabar posisi pertama dengan transaksi e-commerce terbesar secara nasional. Total transaksinya mencapai RP 15,02 triliun pada triwulan III-2021,” ucapnya.
BACA JUGA :Â Digitalisasi Oleh JNE Medan Untuk UMKM Go-Online
Bila dijabarkan, Hera mengatakan sumbangsi terbesarnya berasa dari kategori pembelanjaan busana atau fesyen, yakni Rp 2.52 triliun. Setelah itu ada handphone bersama aksesori RP 2,21 triliun, dan personal care an cosmetic Rp 1,9 triliun.
Jumlah tersebut tak hanya membawa Jabar menjadi daerah dengan tingkat konsumtif paling tinggi via marketplace, tapi juga peluang baik dalam hal digitalisasi. Namun demikian, Hera mejelsakan hal tersebut harus dipastikan bila dampak bisnisnya bisa dirasakan semua level, termasuk UMKM agar bertransformasi secara end to end.
Terlebih peran digitalisasi sangat besar pada saat masa pandemi untuk pemulihan ekonomi. Saking tingginya, digital juga menjadi salah satu kunci bertahan yang saat ini banyak diterapkan pada semua lini bisnis.
Menurut Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jabar Kusmana Hartadji, jumlah UMKM diwilayahnya untuk saat ini sudah mencapai 85 persen dari total unit usaha atau sekitar 4,15 juta.
Sementara untuk serapan tenaga kerja yang berasal dari UMKM tersebut, mencapai 74,63 persen atau sekitar 8,5 juta pekerja. Untuk tahun ini sendiri, diproyeksikan jumlah UMKM akan bertambah menjadi 6,25 juta.
BACA JUGA :Â Asa UMKM di Tengah Ajang Balap Internasional Mandalika
“Dari sisi kategori usaha, tertinggi ada di bidang kuliner. Namun untuk yang sudah digital, yang tertinggi di kategori usaha fesyen,” katanya.
Pandemi, dikatakan Kusmana, telah memberikan tekanan bagi UMKM. tapi di lain sisi juga turut membuka peluang, seperti peningkatan penggunaan e-commerce yang mencapai 300 persen, kenaikan konsumsi streaming 8,9 persen, peningkatan layanan logistik 30 persen, dan layanan pesan antar makanan naik 15 persen.