Efisiensi di sektor logistik masih menjadi perhatian pemerintah. Dari berbagai wilayah di Indonesia, Batam menjadi salah satu wilayah yang memiliki tarif logistik tinggi. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) berupaya untuk menata kembali sistem logistik di Batam melalui Batam Logistic Ecosystem (BLE).
Oleh Kemendag, BLE ini dinilai mampu menciptakan efisiensi kegiatan perdagangan lewat integrasi perizinan dan layanan logistik. Informasi ini disampaikan oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi usai mendampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam peluncuran Batam Logistic Ecosystem di Badan Pengusahaan (BP) Batam, Kota Batam, Kepulauan Riau beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Kolaborasi JNE x LinkAja, Permudah Pembayaran Pengiriman Logistik dengan Non-tunai
“Kemendag mendukung implementasi Batam Logistic Ecosystem untuk meningkatkan efisiensi kegiatan perdagangan yang berkaitan dengan Batam. BLE dapat memangkas biaya dan waktu logistik Batam melalui layanan yang terintegrasi,” kata Lutfi mengutip dari keterangan resminya.
Dikatakan oleh Menteri Lutfi, BLE berfokus pada integrasi sistem untuk mempertemukan layanan-layanan logistik Batam seperti izin usaha dan izin konsumsi, layanan ship-to-ship (STS) dan floating storage unit (FSU), serta penerapan autogate system. Selain itu, BLE juga meliputi layanan logistik seperti pemesanan trucking, kapal, gudang, serta pembayaran.
BLE adalah bagian dari upaya pengaturan tata kelola logistik nasional di bawah payung National Logistic Ecosystem sekaligus upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional dari pandemi Covid-19. BLE sendiri merupakan bagian dari NLE (National Logistics Ecosystem). BLE yang berusaha menghubungkan sektor supply dan demand merupakan salah satu perwujudan upaya peningkatan kolaborasi dan sinergi antar kementerian dan lembaga yang tidak hanya berfokus pada kolaborasi sistem antar pemerintahan (B2G2G), tetapi juga antar pemerintahan dan bisnis, serta antar bisnis (G2B2B).
Sementara itu Menteri Luhut mengatakan bahwa, efisiensi logistik dibutuhkan agar Indonesia dapat terus bersaing dengan negara lain. Hal ini juga akan bermanfaat dalam menjamin kepastian berusaha di Indonesia dan menambah penerimaan negara.
Baca Juga: Kemendag Dorong Pemanfaatan SRG Guna Menggerakan Pertumbuhah Ekonomi
“Kami melihat peluncuran BLE yang akan membuat membuat Batam kompetitif, bersaing dengan negara tetangga. Diharapkan BLE ini mampu mengurangi biaya logistik di kawasan setempat,” paparnya.
Bicara mengenai tarif logistik di Tanah Air, Indonesia memang memiliki biaya logistik yang lebih besar dibanding negara tetangga. Menteri Sri Mulyani bahkan mengatakan bahwa Indonesia mengeluarkan sekitar 23,5 persen dari kue nasional sebagai biaya logistik, sedangkan Malaysia sendiri hanya 13 persen.
Dengan biaya logistik yang tinggi, alhasil akan memberi dampak pada larinya investor asing. “Dengan besaran biaya logistik seperti itu, maka tentu investor akan memilih negara tetangga. Kalah berkompetisi hanya dari biaya logistik, ujar Menteri Sri Mulyani.
Seperti diketahui peresmian BLE merupakan wujud kolaborasi dan sinergi antara Kementerian/Lembaga (K/L), pemerintah daerah, dan private sector dalam membangun suatu ekosistem logistik yang lebih baik.
Dalam kunjungan di Batam hari ini, Menteri Lutfi juga mendampingi Menko Luhut meninjau lokasi pengelolaan limbah Slop and Sludge Treatment Center (BSSTEC) di Barelang, dan lokasi rencana pembangunan Jembatan Batam–Bintan.
Baca Juga: Jelang Ramadhan, Kemendag Siap Jaga Ketersediaan dan Harga Barang Kebutuhan Pokok