JNEWS – Sebagai kota wisata, Garut dikenal dengan alamnya yang indah mempesona, aneka kulinernya yang lezat dan mengugah selera serta kaya akan ragam seni dan budayanya. Seni adu ketangkasan domba adalah salah satu atraksi budaya yang melekat dengan Garus dan kini menjadi daya tarik wisatawan.
Melewati jalan yang dikelilingi alam pesawahan yang menghijau dengan udara sejuk dan segar, adalah suguhan pertama saat JNEWS akan menyaksikan seni adu ketangkasan domba di arena seni adu ketangkasan domba Sidamukti, Garut, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Di pagi yang cerah tersebut masyarakat sekitar dan juga para patandang atau peserta sudah memenuhi lapangan. Para pemilik domba dengan pakaian khasnya, yaitu mengenakan baju pangsi berwarna serba hitam, plus atribut ikat kepala hingga topi laken khas Garut.
Kemudian para patandang tampak antusias menyemangati domba jagoannya. Sesekali tangannya terlihat menunjuk ke atas, memberikan aba-aba bagi domba untuk bertarung. Di antara mereka ada yang menari seperti gerakan pencak silat sambil diiringi alunan musik degung, musik tradisional Sunda.
Tidak sembarangan, sebelum domba yang akan dilombakan masuk ke arena, wasit terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada para patandang ihwal aturan laga ketangkasan yang akan dijalani domba peliharaannya.
Baca juga:Â Berburu Foto di Puncak Gunung Papandayan
Domba yang akan diadu disesuaikan dengan kelasnya, dengan beberapa kategori, yang ditentukan berdasarkan dari berat domba tersebut. Seperti kelas A dengan bobot maksimal 65 kilogram, kemudian kelas B dengan bobot antara 65,1 kilogram hingga 75,0 kilogram dan seterusnya.
Setelah beberapa domba masuk arena terdengar suara ‘brak..brak…brak’ benturan dua tanduk domba Garut yang sedang beradu. Sementara di sisi arena beberapa orang tampak asyik ngibing atau joged.
Di dalam arena, wasit yang memimpin pertandingan, terlihat sigap mengamati jalannya laga. Dialah yang menentukan lanjut tidaknya pertandingan dan domba yang dianggap sebagai pemenang.
Sementara itu, selama laga berlangsung para patandang mengawasi langsung ke dalam lapangan untuk melihat kondisi domba jagoannya. Dalam satu laga, rata-rata total pukulan atau aduan yang diberikan hanya sekitar 20 pukulan atau ketrekan. Namun jika setelah melewati pukulan ke tujuh atau mulai ke delapan domba terlihat cedera, maka dianggap gugur alias kalah.
Sedangkan untuk mengembalikan kondisi tubuh domba, maka pada pukulan ke-15 atau setelah pukulan ke-15, wasit memberikan kesempatan bagi para patandang untuk pemeliharaan domba, di mana biasanya domba dipijat agar ototnya kembali normal hingga diberi minuman dari ramuan tertentu.
Selama aduan berlangsung, para penonton termasuk pendukung atau bobotoh yang hadir akan semakin bersemangat dengan tabuhan gamelan dan alat kesenian tradisional degung yang dipandu para sinden di podium. Sesekali para juri dan pemandu acara menyemangati penonton agar acara lebih meriah.
Baca juga:Â Pesona Pantai Santolo: Destinasi Pantai yang Tersembunyi di Garut
Seni adu ketangkasan domba ini, selain ajang uji nyali domba, juga sebagai sarana menaikan pamor kelas, sekaligus rating nilai jual domba milik peternak, sehingga kemudian harga jualnya semakin tinggi hingga ada yang mencapai ratusan juta rupiah perekornya terutama domba yang keluar sebagai pemenang lomba.*