JNEWS – Bulan Ramadan selalu disambut dengan penuh kegembiraan dan sukacita oleh umat muslim di seluruh dunia. Ada beragam tradisi Ramadan unik di berbagai negara yang hanya ada sekali dalam setahun.
Suasana Ramadan di berbagai negara pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut biasanya tergantung dari letak geografis, adat istiadat setempat hingga sejarah perkembangan Islam.
Perbandingan Tradisi Ramadan di Indonesia dan Negara Lain
Puasa Ramadan adalah momen spesial bagi umat muslim. Tak sekadar menahan lapar, haus, hawa nafsu serta memperbanyak ibadah, tapi cara menjalani bulan penuh berkah ini juga berbeda setiap negara.
Sebagai contoh, Arab Saudi dan Indonesia merupakan negara dengan agama Islam terbesar di dunia. Namun, dalam menjalankan puasa ini ada beberapa perbedaan seperti lamanya berpuasa. Terlebih di Arab Saudi mengalami empat musim, tentunya kondisi saat berpuasa pun akan jauh berbeda.
Berikut ini sejumlah perbandingan tradisi Ramadan baik di Indonesia dan negara lain yang menarik untuk diketahui.
1. Durasi Puasa
Waktu pelaksanaan puasa Ramadan sama di seluruh dunia, yakni mulai dari terbitnya matahari hingga terbenam. Namun, yang membedakan adalah durasinya.
Di Indonesia, durasi puasa berkisar 12 sampai 13 jam sehari. Selain itu, waktu terbit dan terbenamnya matahari pun tidak banyak perubahan signifikan, sehingga durasi puasanya sama setiap tahun dan umat muslim di Indonesia pun sudah terbiasa dengan waktu tersebut.
Berbeda halnya di beberapa negara lainnya. Contohnya di Inggris Raya, durasi puasa bergantung pada musim. Ketika bulan puasa jatuh di musim semi, durasinya sekitar 16 sampai 18 jam sehari.
Sedangkan umat muslim yang tinggal di negara paling selatan dunia, seperti Chile atau Selandia Baru, memiliki durasi puasa sekitar 13 jam. Di negara paling utara seperti Greenland atau Islandia, mereka akan berpuasa selama 16 jam.
2. Salat Tarawih
Jadwal salat Tarawih di setiap negara berbeda karena mengikuti zona waktu masing-masing. Di Inggris, misalnya, perubahan waktu salat yang cukup dinamis turut memengaruhi jadwal Tarawih. Biasanya, Tarawih di Inggris dilakukan sekitar pukul 22.00 waktu setempat.
Di Arab Saudi, salat Tarawih umumnya dimulai lebih awal, sekitar pukul 20.30 hingga 21.00 waktu setempat. Sementara di Indonesia, waktu Tarawih biasanya berlangsung antara pukul 19.30 hingga 20.00, tergantung jumlah rakaat yang dikerjakan.
Selain perbedaan waktu, durasi salat Tarawih di berbagai negara juga bervariasi. Di Masjidil Haram, durasi Tarawih berkisar antara 1,5 hingga 2 jam. Pada tahun 2025, Tarawih di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi terdiri dari 10 rakaat ditambah 3 rakaat witir. Sebelum pandemi COVID-19, jemaah di dua masjid besar tersebut umumnya melaksanakan 20 rakaat Tarawih dan 3 rakaat witir.
Di Indonesia, jumlah rakaat Tarawih umumnya sama dengan negara-negara ASEAN lainnya serta Turki. Mayoritas jemaah melaksanakan 8 rakaat Tarawih dan 3 rakaat witir, meskipun ada pula yang memilih 20 rakaat Tarawih dan 3 rakaat witir sesuai dengan tradisi yang dianut.
Baca juga:Â Destinasi Wisata Religi di Indonesia yang Ramai Dikunjungi Saat Ramadan
3. Tradisi Takjil
Tradisi Ramadan di dunia tidak lepas dari yang namanya takjil. Kendati namanya berbeda di tiap negara, tapi menu ringan untuk berbuka puasa ini wajib ada di meja makan. Perbedaan menu takjil dipengaruhi oleh kuliner lokal yang sudah ada sejak turun temurun.
Berikut beberapa menu takjil dari berbagai negara.
- Qatayef – Arab Saudi. Qatayef adalah menu wajib saat berbuka puasa di Arab Saudi. Kuliner ini terbuat dari adonan terigu diisi dengan gula dan kacang kenari. Kendati bentuknya mirip pastel, tapi qatayef memiliki aroma kayu manis yang khas.
- Harira – Maroko. Apabila negara lainnya memiliki takjil dengan bahan dasar gula, berbeda dengan Maroko. Warga Maroko biasanya berbuka dengan hidangan kaya akan cita rasa yang dikenal dengan nama harira. Menu ini sejenis sup yang berisi daging rebus domba dicincang lalu dicampur kacang chickpea, tomat dan rempah-rempah.
- Aneka jajanan pasar, gorengan – Indonesia. Di Indonesia tidak hanya satu jenis saja menu takjil tapi ada banyak macam. Mulai dari aneka jajanan tradisional, es buah, hingga paling favorit yaitu gorengan.
3. Tradisi Menembak Meriam dan Menabuh Beduk
Di Arab Saudi, ada tradisi Ramadan menembakkan meriam, yang disebut meriam Ramadan atau Madfa al-ifta. Menurut catatan sejarah, tradisi tersebut berasal di Mesir dan diterapkan oleh sejumlah negara di Timur Tengah. Biasanya meriam tersebut akan ditembakkan menjelang Magrib, tanda berakhirnya puasa.
Berbeda di Indonesia, tidak ada meriam melainkan beduk. Biasanya beduk akan ditabuh setiap memasuki waktu salat. Jadi, sebagai pertanda bahwa akan memasuki waktu beribadah dan juga buka puasa.
Tradisi menembak meriam juga terjadi di Bosnia dan Herzegovina. Bulan Ramadan ditandai dengan dentuman meriam tua yang diwariskan turun temurun. Dentuman meriam tersebut menjadi penanda untuk waktu berbuka puasa. Ketika meriam diletupkan, gemuruhnya disambut dengan sorak-sorai oleh warga yang turut menyaksikan.
4. Membangunkan Sahur
Di Indonesia, tradisi Ramadan membangunkan sahur masih lestari dilakukan di berbagai kota. Biasanya membangunkan sahur dengan cara pawai beduk keliling, menggunakan pengeras suara dari masjid hingga menyanyikan berbagai lagu religi.
Hal serupa mirip di Turki. Menariknya, tradisi ini sudah ada sejak zaman Kekaisaran Ottoman. Cara membangunkan sahur pun cukup unik yaitu dengan menabuh genderang. Bahkan, di Kota Istanbul, suara tabuhan drum akan terdengar meriah di sepanjang jalan.
Setiap bulan Ramadan, kurang lebih ada 3.400 penabuh genderang yang berasal dari berbagai kelompok usia yang turun ke jalan Istanbul. Para penabuh genderang akan mengenakan pakaian tradisional Ottoman dan menyebar ke seluruh kota Turki.
5. Tradisi Bukber
Di Indonesia tradisi Ramadan buka bersama atau bukber masih terus dilakukan hingga sekarang. Mulai dari bukber bersama teman SD, SMP, SMA, kuliah, teman kerja, bestie, dan lain-lain. Selain itu, tempatnya pun cukup bervariasi seperti kafe, restoran, dan tempat lainnya.
Berbeda dengan Turki, rata-rata masyarakatnya mengadakan acara bukber di masjid dalam jumlah besar. Pemerintah Turki pun kerap mengagendakan dan mendanai acara buka bersama di masjid-masjid tertentu. Selain di masjid, acara bukber juga mereka lakukan di rumah bersama keluarga.
6. Restoran di Siang Hari
Walaupun Indonesia mayoritas masyarakatnya beragama Islam, tapi selama bulan puasa tidak ada larangan untuk menutup restoran. Biasanya, restoran-restoran akan menutup tirai di jendela, sebagai bentuk penghormatan bagi yang sedang berpuasa. Hal sama juga terjadi di Turki. Umumnya seluruh restoran tidak ada yang tutup dan tidak juga memakai tirai di jendela.
Sedangkan di Arab Saudi, tempat makan akan ditutup di siang hari selama bulan suci Ramadan. Semua tempat makan tersebut akan buka menjelang buka puasa.
Baca juga:Â Wisata Malam Ramadan: Tempat Nongkrong Seru Setelah Tarawih di Jakarta
7. Malam Terakhir Ramadan
Di India, Pakistan dan Bangladesh, malam terakhir Ramadan dirayakan dengan perayaan meriah yang dikenal dengan nama Malam Bulan atau Chaand Raat. Jalan-jalan di negara tersebut akan dipadati oleh warga yang bersiap menyambut Idulfitri. Mereka akan bertukar makanan manis dan berbelanja perhiasan.
Euforia menyambut Lebaran pun terjadi di Indonesia. Di malam terakhir Ramadan, pusat perbelanjaan akan ramai oleh pengunjung, jalanan pun ramai dengan pawai keliling yang berlangsung setelah selesai Isya.
Berbeda halnya di Azerbaijan. Di hari Jumat terakhir Ramadan, para perempuan akan menjahit kantong khusus bernama Barkat Kisasi atau disebut ‘kantong berkah’. Di dalam kantong tersebut diisi dengan uang dan disimpan hingga Ramadan berikutnya.
Tradisi Ramadan selalu dirindukan oleh umat muslim dunia. Di tiap tradisi tersebut, ada memori-memori baik yang telah dilalui dan selalu menimbulkan rasa haru ketika menjalaninya di tiap tahun. Tak hanya itu saja, tradisi tersebut juga merupakan cerminan akan kekayaan serta keunikan budaya masing-masing.