JNEWS – Kota Banten Lama memiliki pesona wisata religi dan peninggalan sejarah yang mengagumkan. Salah satunya Masjid Agung Banten Lama, yang usianya sudah ratusan tahun namun tetap berdiri kokoh dan megah.
Menjelang bulan Ramadhan biasnya penziarah dari berbagai daerah memenuhi Masjid Agung Banten Lama. Para pengunjung selain ingin melihat bukti kejayaan Islam zaman dahulu, mereka datang ke masjid ini untuk berdoa agar hajatnya terkabul.
Masjid Agung Banten Lama yang menyatu dengan Komplek Istana Banten Lama, sejak lama dikenal sebagai destinasi wisata religi bahkan sudah masuk peta bagi penyuka ziarah yang ada di Pulau Jawa.
Untuk mencapai lokasi masjid yang menaranya menjualang tinggi ini, dari arah Jabodetabek cukup mudah dijangkau, yakni lewat jalan tol Jakarta-Merak dengan mengambil pintu keluar gerbang tol Serang Timur atau Serang Barat. Hanya butuh waktu sekitar 2 jam dari Jakarta untuk sampai ke masjid ini.
Peninggalan sejarah di Kota Banten Lama ini, berasal dari zaman kerajaan Islam Banten pada abad XVI-XVIII. Berdirinya Masjid Agung Banten Lama tidak lepas dari tradisi masa lalu, di mana dalam sebuah kota Islam terdapat minimal 4 komponen, yaitu istana sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja-raja, masjid agung sebagai pusat peribadatan, alun-alun sebagai pusat kegiatan dan informasi serta pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi.
Masjid Agung Banten Lama, sebagai masjid tua dan bersejarah, selain dipadati pengunjung apabila menjelang Ramadan, juga ramai pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Rajab, Syawal, Haji dan bulan Maulud.
Baca juga:Â Eksplorasi Kekayaan Budaya Melalui Pakaian Adat Banten
Sementara setiap hari Kamis, Jumat dan Minggu juga menjadi hari pilihan bagi para peziarah untuk berkunjung. Ada juga waktu yang paling ramai yaitu malam Jumat ketika tepat pada malam 14 bulan purnama. Mereka percaya malam Jumat tanggal 14 bulan purnama diyakini bahwa zaman dahulu adalah waktu di mana para ulama penyebar Islam Tanah Jawa sering berkumpul di masjid ini.
Bangunan masjid yang terletak sekira 10 kilometer sebelah utara Kota Serang ini merupakan peninggalan Sultan Maulana Hasanuddin putera pertama dari Sunan Gunung Jati yang berkuasa pada tahun 1552-1570,
Awal mula pembangunan Masjid Agung Banten ini bermula dari instruksi Sunan Gunung Jati kepada putranya tersebut untuk mencari tanah bagi pembangunan Kerajaan Banten. Singkat cerita, Sultan Hasanuddin mulai mendirikan Kerajaan Banten beserta komponen-komponen lainnya, seperti alun-alun, pasar dan masjid agung.
Dalam pembangunan masjid agung, salah satu arsiteknya adalah Raden Sepat. Raden Sepat mulanya dari Majapahit, kemudian membangun Masjid Demak, Cirebon dan Masjid Banten Lama ini. Jadi bukan ketidaksengajaan bila antara Masjid Demak, Cirebon dan Banten Lama secara arsitektur saling terkait.
Misalkan dari sisi atapnya, Masjid Agung Demak dan Cirebon memiliki atap tiga susun yang bermakna iman, Islam dan ikhsan. Ini hampir sama, hanya saja di sini lebih banyak yaitu lima susun bermakna rukun Islam.
Baca juga:Â Boen Tek Bio: Mengungkap Sejarah dan Arsitektur Kelenteng Tertua di Tangerang
Dengan segala kisah sejarahnya, bisa dimaklumi kalau sampai saat ini Masjid Agung Banten Lama masih menjadi daya tarik banyak orang melakukan wisata religi, terlebih jelang Ramadan yang tidak lama lagi tiba. *