JNEWS – Indonesia sebagai negara bahari memiliki sejumlah peninggalan terkait kehebatan para pelaut di masa lampau dalam mengarungi samudra. Peninggalan tersebut tersimpan rapi di dalam Museum Bahari yang terletak di Jakarta Utara dan tidak jauh dari wisata ikonik yaitu Kota Tua.
Kehebatan pelaut Indonesia di masa lampau termasyhur, diakui dan disegani oleh bangsa lain. Ada banyak koleksi yang menunjukkan cerita kehebatan tersebut. Koleksi di Museum Bahari Jakarta sangat beragam, totalnya ada 126 benda sejarah kelautan.
Di antara ratusan koleksi tersebut, yang mencuri perhatian adalah kapal-kapal dan perahu tradisional dari masa lampau. Bahkan ada 19 perahu yang asli dipajang di museum tersebut dan selebihnya miniatur.
Diperkirakan museum ini berusia 300 tahun dan awalnya didirikan oleh VOC. Bisa dikatakan museum ini merupakan museum tertua yang ada di Indonesia.
Menilik Sejarah Museum Bahari Sebagai Museum Tertua di Indonesia
Lokasi tepat pendirian museum ini di masa lampau adalah di tepi Sungai Ciliwung. Adapun bagian tertua dari museum ini mulai dibangun di masa pemerintahan Gubernur Christoffel van Swoll.
Bangunan ini memiliki dua sisi yakni di sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau gudang barat. Pembangunan gudang barat ini dibangun bertahap mulai tahun 1652-1771. Di gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, tiga di antara bangunan tersebut sekarang ini digunakan sebagai Museum Bahari. Lalu, di sisi timur disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau gudang timur.
Dikutip dari website resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, gedung museum ini dulunya adalah gudang penyimpanan komoditas perdagangan utama VOC. Fungsi utamanya adalah untuk memilah, menjemur, mengemas dan menyimpan rempah-rempah seperti tembakau, kopra, pala, kayu putih, cengkih, kayu manis, dan lada. Tak hanya itu saja, kopi, teh dan barang lain-lain juga disimpan di sini sebelum dikirimkan ke berbagai pelabuhan di Asia dan Eropa.
Tahun berlalu, beberapa gudang di kompleks ini pun direnovasi untuk menambah jarak antara tembok kota dan gudang. Renovasi ini bisa dilihat dari tanggal-tanggal yang tertulis di beberapa pintu museum. Pemugaran ini mencakup perbaikan, penambahan, dan perluasan.
Bangunan gudang yang luas dimanfaatkan juga untuk menyimpan logam dengan melindunginya menggunakan pelindung dari kayu tebal agar tahan dari hujan, serangga seperti rayap, hingga badai laut tropis. Pelindung ini juga yang kemudian berfungsi sebagai tempat patroli bagi para penjaga karena jalan di sepanjang tembok kotanya sempit.
Tak jauh dari Museum Bahari, ada Menara Syahbandar kurang lebih jaraknya lima puluh meter. Di zaman dulu, menara ini berfungsi sebagai menara pengawas yang dibangun di atas sisa-sisa benteng tua Culemborg. Tempat ini sejak tahun 1839 digunakan sebagai observasi dan penanda untuk mengawasi jalanan Batavia. Setelah tahun 1886, menara ini tidak digunakan lagi karena mulai beroperasinya pelabuhan baru di Tanjung Priok.
Baca juga:Â Museum Konferensi Asia Afrika: Saksi Bisu Sejarah KTT 1955 di Bandung
Setelah Belanda kalah perang, Indonesia beralih ke masa pendudukan Jepang. Gedung-gedung tersebut digunakan sebagai tempat penyimpanan barang logistik tentara Jepang. Cukup 3,5 tahun Jepang menjajah Indonesia, setelah kemerdekaan bangunan ini digunakan oleh PLN dan PTT untuk gudang.
Di tahun 1976, museum yang termasuk cagar budaya ini dipugar kembali. Kemudian pada tanggal 7 Juli 1977, Museum Bahari diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin. Museum ini walaupun telah dipugar tetapi masih mempertahankan bangunan lama. Tak hanya itu saja, museum ini dilengkapi menara-menara kawal VOC di dalamnya.
Koleksi Unik Museum Bahari
Peristiwa nahas terjadi pada 16 Januari 2017. Museum Bahari mengalami kebakaran yang mengakibatkan kerusakan di sejumlah koleksi dan beberapa bagian bangunan. Kendati demikian, museum ini tetap menjadi salah satu tujuan wisata populer DKI Jakarta.
Museum Bahari terbagi menjadi tujuh area yakni Ruang Teknologi Menangkap Ikan, Ruang Masyarakat Nelayan Indonesia, Ruang Biota Laut, Ruang Teknologi Pembuatan Kapal Tradisional, Ruang Pelabuhan Jakarta 1800-2000, Pelayaran Kapal Uap Indonesia-Eropa dan Ruang Navigasi.
Berikut ini ulasan sejumlah koleksi unik dan memiliki sejarah panjang yang dipajang di Museum Bahari.
1. Meriam VOC
Dari sekian banyak koleksi di museum ini, meriam VOC menjadi salah satu koleksi unggulannya. Senjata artileri besar berbentuk tabung dengan menggunakan bubuk mesiu dan bahan pendorong lainnya ini masih kokoh berdiri di salah satu ruangan museum.
Meriam ini kerap digunakan dalam pertempuran di masa lampau. Ada enam meriam yang dipamerkan di Gedung A lengkap dengan lambang VOC dan huruf inisial. Melihat sejarahnya, meriam ini menjadi peninggalan tertua di museum.
2. Kerangka Kapal Pinisi
Kapal Pinisi merupakan sebutan untuk kapal tradisional yang digunakan oleh pelaut dari Suku Bugis, Konjo dan Mandar di Sulawesi Selatan. Di museum ini ada kerangka kapal Pinisi. Di sini ditunjukkan bagaimana proses pembuatan kapal tersebut mulai dari kerangka yang kokoh sebelum pembentukan badannya.
Pada 7 Desember 2017, UNESCO menetapkan kapal Pinisi sebagai warisan budaya dunia.
3. Rempah-Rempah Nusantara
Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya akan rempah-rempah. Di Museum Bahari, pengunjung bisa melihat langsung koleksi 35 jenis rempah-rempah Nusantara dari total 600 jenis. Rempah-rempah tersebut memiliki sejarah panjang dan sebagai penanda masa penjajahan Belanda di Indonesia.
4. Kapal Jukung Barito
Kapal ini berasal dari Kalimantan Selatan. Proses pembuatan dari kapal ini tergolong unik, mulai dari satu batang pohon dilubangi bagian tengah untuk pembentukannya. Proses ini dibagi menjadi dua tahap yakni Bangon Jukung dan Bakal Jukung. Umumnya kapal Jukung Barito digunakan oleh pedagang di Pasar Apung, Kalimantan Selatan.
5. Perahu Gelati
Oleh orang Madura, Perahu Gelati juga dikenal sebagai Jung Raje, dan menjadi salah satu primadona di Museum Bahari. Perahu ini dibuat dari kayu jati dengan ukuran panjang 12 meter dan lebar 2,6 meter, sedangkan daya tampungnya sebanyak 18 orang.
Lokasi, Jadwal Operasional, dan Harga Tiket ke Museum Bahari
Apabila tertarik ingin mengunjungi Museum Bahari, berikut lokasi dan jam operasionalnya yaitu:
- Jalan Pasar Ikan Nomor 1 RT/RW 11/4, Penjaringan, Jakarta Utara, DKI Jakarta.
- Jadwal buka: Selasa-Minggu dengan jam operasional 08.00-16.00 WIB, setiap Senin museum tutup.
Untuk masuk ke Museum Bahari, tersedia tiket bundling untuk juga mengakses Onrust Archaeological Museum, dan Rumah Si Pitung. Berikut rincian harga tiketnya, dikutip dari informasi yang ada di akun Instagram Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta:
Selasa – Jumat
Perorangan:
- Dewasa: Rp10.000 per orang
- Mahasiswa/Pelajar: Rp5.000 per orang
- Wisman: Rp50.000
Grup minimal 30 orang:
- Dewasa: Rp7.500 per orang
- Mahasiswa/Pelajar: Rp3.750 per orang
- Wisman: Rp50.000 per orang
Sabtu – Minggu
Perorangan:
- Dewasa: Rp15.000 per orang
- Mahasiswa/Pelajar: Rp5.000 per orang
- Wisman: Rp50.000 per orang
Grup minimal 30 orang:
- Dewasa: Rp11.250 per orang
- Mahasiswa/Pelajar: Rp3.750 per orang
- Wisman: Rp50.000
Museum Bahari yang sudah berusia ratusan tahun ini masih berdiri kokoh dan menjadi sarana edukasi terbaik tentang sejarah panjang Nusantara dengan wilayah maritim yang luas. Tak hanya itu saja, museum ini menjadi saksi sejarah zaman pendudukan Belanda dan Jepang di Indonesia.