Di masa pandemi seperti saat ini, sangat penting menciptakan atmosfir positif atau yang dikenal dengan istilah positive vibes. Atmosfir ini tidak hanya dibutuhkan oleh pribadi secara personal, tapi juga di dalam dunia usaha, seperti halnya yang dilakukan oleh Tumtim Cookies & Bakery, UMKM dari Kota Sidoarjo.
Sama seperti pelaku UMKM pada umumnya, Tumtim Cookies & Bakery juga terkena dampak dari pandemi Covid-19. Tumtim pernah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah, namun tetap bisa bangkit dan berkembang.
Tumtim sendiri adalah produk lokal kue kering dan roti yang didirikan berawal dari hobi sang pemilik, yakni Rizky Chandra Amalia. Kiki, sapaan akrabnya, menggeluti usaha ini sejak tahun 2012. Menurut Kiki, Tumtim dibuat berdasarkan pesanan atau made by order dan kini telah mempunyai outlet Tumtim Cookies & Bakery yang terletak di Park Royal Regency H1 No.3 Sidoarjo.
Baca Juga: Ditolak Pinjam Modal, UMK Garam Asal Klungkung Ini Justru Mendunia
Terkait dampak pandemi, Kiki pun bercerita bahwa di awal tahun 2020 pada saat pandemi mulai menerpa, dirinya pernah rugi hingga ratusan juta rupiah. Pada saat itu, Tumtim tengah menyiapkan segala kebutuhan produksi untuk menghadapi puncak permintaan lebaran. Mulai dari bahan produksi, kemasan, hingga pernak pernik bingkisan hari raya.
Bahkah ia sudah dalam tahap persiapan produksi 11.000 pack kue kering untuk beberapa brand kue kekinian di Surabaya dan Malang. Namun sayang, tidak semuanya dapat direalisasikan karena melihat kondisi pasar saat itu. Hal ini lah yang menimbulkan kerugian ratusan juta bagi Tumtim Cookies.
Di saat yang sama, dapur produksi Tumtim Cookies yang berada di sebelah tempat tinggal Kiki menaikkan biaya sewa hingga dua kali lipat. Beban pengeluaran ini menjadi tambahan tantangan untuknya.
Meski demikian, Kiki tidak patah semangat dan kehilangan akal. Bersama Indra Dharmawan, suaminya, Kiki mulai menyusun strategi untuk membuat Tumtim Cookies tetap bertahan. Beberapa langkah yang dilakukan diantaranya:
1. Efisiensi
Efisiensi merupakan faktor penting pertolongan pertama di saat krisis. Tumtim Cookies melakukan efisiensi fix cost pada dapur produksinya. Dari menyewa 2 rumah, kemudian dipindahkan ke tempat tinggal Kiki bersama keluarga dengan memanfaatkan sebagian area rumah dan terasnya.
Dan sebagai langkah efisien lain, ia pun menyulap garasi menjadi outlet. Kini segala kegiatan produksi, keuangan, pemasaran hingga penjualan, dikerjakan dari rumah Kiki.
2. Adaptasi
Jika sebelumnya Tumtim sering mengikuti kegiatan pameran, baik yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi setempat maupun oleh Swasta, kini Tumtim lebih gencar mempromosikan produknya secara daring. Berbekal pengalaman Kiki dan Indra sebagai jurnalis, pasangan ini memproduksi konten-konten promosinya sendiri. Hanya dengan menggunakan ponsel dan memanfaatkan aplikasi editing foto, kukis buatan Kiki tampil cantik di Instagram @tumtim.cookies.
Selain dapat dipesan melalui sosial media, Tumtim juga memanfaatkan platform pemesanan makanan secara daring. Dengan adaptasi terhadap kanal daring ini, Tumtim lebih dekat dengan pelanggan serta jaringan yang ia dapatkan dari berbagai aktivitas UMKM sebelumnya. Tak heran jika pengiriman produknya hingga ke beberapa daerah seperti Kalimantan, Bali, Jawa Tengah, dan lainnya.
Baca Juga: UMKM Ini Sukses Populerkan Sulam Usus Hingga ke Kancah Global
3. Inovasi
Kue kering identik dengan lebaran dan repeat order hariannya pun relatif rendah. Maka dari itu, Kiki membuat inovasi pengembangan produk, yang semula hanya kue kering saja, kini ia mempoduksi aneka roti atau bakery.
Roti yang umumnya habis sekali makan, mempunyai potensi repeat order harian yang cukup tinggi. Dan untuk membuat produknya dengan mudah diterima pasar, produksi roti dimulai dengan mengikuti demand yang tinggi saat itu, yaitu Korean Garlic Bread. Inovasinya diterima pasar, puluhan Korean Garlic Bread terjual setiap harinya. Hal ini semakin memompa semangat dan kepercayaan dirinya untuk mengembangkan produk.
Berangkat dari hal tersebut, Tumtim Cookies pun bertransformasi menjadi Tumtim Cookies & Bakery. Di outletnya sudah bisa dijumpai aneka varian roti seperti roti coklat, roti sobek, cinnamon roll, dan masih banyak lagi.
4. Membangun Super Team
Mengamati usahanya yang dapat tumbuh meski di masa-masa sulit, Kiki semakin menyadari bahwa ia tidak dapat membesarkan usahanya sendiri. Ia tidak mau menjadi superman yang harus mengerjakan semua hal dengan tangannya sendiri, maka dibangunlah super team yang dapat dengan mandiri mengerjakan tugas dan fungsi sesuai bidangnya.
Tim produksi menjadi perhatian khusus bagi Kiki, ia dengan tekun memberikan pelatihan agar dapat mempertahankan kualitas dan cita rasa. Lalu di bagian pemasaran dan manajemen menjadi tanggung jawab Indra untuk mengasah kompetensi sumber daya yang ia miliki.
Dan sebagai buah manis membangun super tim tersebut, Kiki dan Indra sudah tidak lagi terlibat dalam hal-hal teknis. Pasangan ini lebih hemat waktu dan energi sehingga lebih fokus mengatur strategi bisnis Tumtim Cookies & Bakery.
Kemampuan Tumtim Cookies beradaptasi dengan cepat dan jeli melihat keinginan pasar terbukti membuatnya bertahan di masa yang tidak mudah ini. Kedepannya Kiki berharap dapat lebih mengembangkan usahanya dan memberikan manfaat lebih besar kepada orang lain.
“Cita-cita saya ingin membuka outlet dan rumah produksi yang lebih besar dan lebih strategis lokasinya supaya bisa membuka lapangan pekerjaan lebih banyak lagi” pungkasnya.
Baca Juga: Digitalisasi Jadi Kunci Puttei Bisa Bertahan di Masa Pandemi