Berawal dari sebuah mimpi
Agnesmo pernah berkata “Dream, Belive and make it happen”. Bermimpilah yakin pada mimpimu itu dan wujudkan. Jadi untuk meraih suatu tujuan, kita harus bermimpi dahulu. Namun bukan berarti berleha-leha di tempat tidur yang akhirnya menjadikan mimpi tersebut sebagai angan-angan.
Butuh kerja keras, keinginan yang kuat dan komitmen untuk mewujudkan mimpi tersebut. Berbicara tentang tidur dan mimpi, banyak orang yang menginginkan tidur dengan kualitas baik, ya meski harus diakali dengan hal – hal yang aneh dan sedikit nyeleneh.
Misalnya, ada yang harus membasahi kakinya terlebih dahulu, ada orang yang justru menaruh bantalnya di kaki, tak sedikit mereka yang tidak bisa tidur jika tidak memakai bantal kesayangannya meskipun sudah kotor dan berbau tidak jelas. Tetapi itu yang membuat orang cepat tidur pulas. Pada intinya, semua orang menginginkan tidur di tempat yang nyaman.
Memanfaatkan peluang tersebut, seorang ibu muda berusia 27 tahun, ibu Wida namanya, menjalani usaha pembuatan dan penjualan surpet (Kasur Karpet), dan sekarang mulai mengembangkan usaha nya dengan membuat kasur bayi.
Usaha yang dimulai sejak ia memiliki satu anak dulu, tadinya hanya sekedar memanfaatkan waktu senggang dan tak terlalu ia seriusi , karena ia harus membagi waktunya dengan mengurus anak, suami dan keperluan rumah tangganya.
“Untuk surpet memang Saya hanya menyediakan bahan bakunya saja dan menjahitnya di tempat orang lain karena keterbatasan alat, hanya saja untuk kasur dan perlengkapan bayi, Saya sudah bisa menjahitnya sendiri” jelasnya.
Untuk membantu usahanya bu wida dibantu suami dan empat orang karyawan yang usianya terbilang masih muda-mudi, terdiri dari tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan. Yang laki-laki ia tugaskan untuk packing, produksi dan pengantaran ke tempat ekspedisi, sementara yang perempuan bertugas mencatat pesanan serta mengurus administrasi yang lainnya, termasuk memasarkan barang melalui jejaring media sosial.
Semuanya masih ada ikatan darah dengan beliau. Selain bisa membantu perekonomian orang di sekitar, bu Wida juga ingin menerapkan ilmu jual-beli sejak dini kepada para remaja di sekitarnya agar mereka bisa siap menghadapi dunia usaha di masa depan.
“Ya, memang mereka (karyawan) masih ada ikatan keluarga dan masih pada sekolah, berhubung sekarang sekolahnya online jadi daripada sisa waktu nya dipakai hal – hal yang tidak bermanfaat lebih baik saya ajak bantu-bantu disini”, tegasnya.
Berjuang tanpa batas Meski Dalam Keterbatasan dan dibatasi
Untuk memasarkan hasil produksinya, dulu Bu Wida hanya mengandalkan pasar dadakan di setiap akhir pekan atau hanya menawarkan kepada orang–orang terdekatnya saja. Namun di masa pandemi seperti ini, Bu wida merasa kesulitan untuk menjual produknya karena adanya pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar).
Semua pasar dadakan atau pameran UMKM ditutup sampai waktu yang ditentukan oleh pemerintah. Dari situlah Bu Wida berfikir kalau ia hanya mengandalkan cara berjualan seperti itu, tak hanya akan jalan di tempat, melainkan usahanya akan diam di tempat dan tertinggal kompetitornya yang lain.
Layanan JTR bikin Orderan Makin Keteter
Dulu Bu Wida memang sudah menjual barang produksinya melalui jejaring sosial seperti Facebook, Instagram dan yang lainya. Hanya saja saat packing dan dibawa ke tempat pengiriman, selalu kena biaya volumetric dimana berat masa lebih kecil dari ukuran barang, jadi para pelanggannya banyak yang tidak jadi pesan karena berat di ongkir.
Namun setelah Bu Wida mengetahui bahwa di JNE menyediakan layanan JTR atau trucking, para pelangganya mulai memesan barang dagangannya. Ditambah untuk saat ini layanan JTR sudah mencakup seluruh Indonesia. Selain itu, counter JNE tempat ibu wida mengirim juga sering memberikan edukasi untuk cara pengemasan barang yang benar.
Tujuannya agar barang yang di-packing terlihat rapi dan aman saat proses pengantaran. “Jujur terbantu sekali mas, selain murah pengiriman juga bisa ke seluruh Indonesia, untuk estimasi saya tidak begitu khawatir karena barang saya tidak seperti makanan yang memiliki masa kadaluarsa”, ungkap bu Wida.
Saat saya tanyakan ke Bu wida kenapa belum mencoba berjualan di online marketplace, sambil tersenyum dia bilang “ Insha Allah A’ kapayunamah” (Insyaa Allah ke depanya saya coba). Saya pun lanjut bertanya, “Apa harapan ibu untuk JNE ?”.
“Saya harap JNE terus menyediakan wadah dan mengedukasi kami para pelaku UMKM, untuk layanan JNE sih sudah lengkap, mau cepat ada, mau murah pun tersedia, terbantu pisan pokok na mah”, sambungnya dengan logat sunda *