Melestarikan warisan budaya merupakan tugas bagi seluruh lapisan masyarakat agar kebudayaan tidak terkikis dan dilupakan. Namun nyatanya, generasi muda banyak yang tidak tertarik untuk melanjutkan warisan budaya ini.
Berkaca dari permasalahan tersebut, senimal asal Bali Komang Kirtania mendirikan Kirtania Wayang Kamasan sebagai wadah untuk melestarikan lukisan wayang kamasan yang telah menjadi warisan turun temurun.
“Wayang kamasan ini merupakan warisan leluhur turun-temurun yang harus dijaga karena anak-anak muda banyak yang mulai tidak tertarik atau tidak berminat untuk menjadi pelukis. Kirtania melihat bahwa harus ada anak muda yang melihat peluang ini dengan memberikan tempat agar warisan budaya ini tetap terjaga dan ada regenerasi,” ungkapnya di Desa Kamasan, Klungkung, Bali, Rabu (10/8).
Lebih lanjut, Komang bercerita kondisi saat ini bahwa jumlah pelukis awalnya berjumlah empat orang pada tahun 2017. Namun, saat ini sudah 18 orang yang bergabung dengan rentang usia 60-70 tahun.
Dia pun menambahkan bahwa awal mulanya para pelukis ini tidak mau untuk melakukan hal tersebut. Namun, lama-kelamaan karena melihat progres penjualan yang menjanjikan, mereka pun jadi tertarik.
“Produk lukisan yang kami hasilkan antara lain keben yang digunakan untuk upacara adat, kipas tangan untuk salon, totebag, dan suvenir dengan bahan baku dari bambu dari Kabupaten Bangli dan Kabupaten Buleleng,” ujar Komang.
BACA JUGA : Terminal Tingkir Salatiga Bakal Disulap Jadi Ruang Masyarakat dan UMKM
Melukis wayang kamasang pun rupanya telah berubah dari masa ke masa. Dari dulunya menggunakan batu alam, saat ini menggunakan akrilik.
Komang pun bercerita bahwa omzet dari hasil penjualan lusikan wayang kamasan mencapai Rp20 juta per bulan, di mana harga yang dipatok berkisar dari Rp75 ribu untuk produk kipas bambu, sampai di atas Rp10 juta untuk lukisan. Beragam produk mereka pun sudah dapat dibeli oleh masyarakat luas di marketplace yakni Shopee.
Dia pun menambahkan bahwa kendala dan tantangan terberat yang dialami oleh mereka ialah kekurangan sumber daya manusia, sementara itu permintaan untuk produk mereka sangat banyak.
“Ke depan saya berharap untuk membuat sanggar lukis guna menjaga keberlangsungan dan punya regenerasi sumber daya manusia,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Suzana Teten Masduki mewakili Bidang Pendanaan Dekranas Indonesia menambahkan, agar ada diversifikasi produk, perlu dilakukan pelatihan teknikal terhadap tahap akhir dari produk tersebut.
“Hal ini perlu dilakukan agar tampilan produk tidak biasa saja, bisa lebih cantik dan menarik serta rapi. Jadi harus diperbaiki kualitas sehingga harga juga bisa bersaing,” ucap Suzana.
Dalam kunjungan kali ini, hadir pula 4 UKM di Klungkung yang berdiskusi bersama Suzana dan Smesco Indonesia antara lain pelaku UKM yang memproduksi kipas, alat yoga (bandana, celana, baju), aksesoris (bros, anting, cincin), dan tas wayang.
Suzana menekankan para pelaku UKM sektor kriya ini membutuhkan pelatihan penjualan online. Hal ini karena sulitnya para pengrajin untuk onboarding digital di antaranya saat membuat landing page.
Sementara itu, Direktur Bisnis dan Pemasaran Smesco Wientor Rah Mada menegaskan Smesco Indonesia sebagai salah satu BLU yang bertugas sebagai Lembaga Layanan Pemasaran KUKM selalu berupaya membuka akses pasar seluas-luasnya bagi produk UKM.
Salah satunya adalah dengan membangun Smesco Fulfillment Center yang merupakan sebuah warehouse sistem yang menjadi solusi logistik bagi para pelaku UKM dalam mendistribusikan produknya ke pasar dengan biaya murah. Pelaku UKM dari seluruh Indonesia dapat mengirimkan produknya ke market dengan ongkos kirim flat rate hanya Rp9.000 se-Jawa.
Untuk mendukung digitalisasi UKM, Smesco Indonesia melakukan pendataan pelaku usaha di Indonesia secara digital melalui dataukm.smesco.go.id. Tercatat saat ini telah terdaftar sebanyak 76.000 UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia.
“UMKM yang terdaftar akan mendapatkan berbagai informasi terkait program dan pelatihan yang Smesco adakan. Laman ini diharapkan mampu menjadi basis data UMKM yang akurat, mutakhir, dan terpadu,” kata Wientor.