Rosita Trisiyani, pemilik batik di Desa Klumprit, Kecamatan Nuswungu, Kabupaten Cilacap ini cukup tekun dan terampil mengerjakan usaha batik Sekar Waru yang dikerjakan di rumahnya sendiri sejak 2015 lalu.
Upayanya menghasilkan batik yang kerap disebut Sewaru atau Klumprit ini dibuat mulai dari proses awal sampai merajut motif dari canting untuk mengasilkan karya yang khas.
Bila sudah terlukis, satu per satu kain itu pun di bawa ke lokasi pewarnaan yang tak jauh dari tempat membatik tadi. Proses pewarnaan dilakukan dengan menyelupkan ke cairan khusus hingga mendapatkan kelir yang sempurna sesuai karakter tiap motifnya.
Rumah Rosita yang ada di Dusun Banjar Waru RT 3 RW 4 dijadikan ide nama usahnya, yakni batik Sekar Waru.
“Orang-orang sini lebih mengenal batik Klumprit, atau batik Sewaru,” katanya.
BACA JUGA : Kejadian Lagi, Kini Kurir COD Dimarahi dan Disiram Air oleh Konsumen
Batik Sekar Waru berdiri sejak 2015 dengan misi mengumpulkan potensi warga setempat yang sudah memiliki keterampilan membatik.
“Kebetulan para wanita di dusun ini sebagian sudah bisa membatik. Mereka belajar keterampilan membatik secara turun-temurun. Potensi itulah yang saya kumpulkan,” ungkapnya.
Sebelumnya, kata Rosita batik hasil karya warga Dusun Banjarwaru ini hanya sampai pada tahap pembuatan motif. Sedangkan tahap pewarnaan harus dibawa ke Yogyakarta.
“Setelah itu baru dikirimkan kembali ke pembuatnya. Lalu dijual di pasar-pasar tradisional. Resikonya kalau tidak laku, ya dibawa pulang lagi,” ujarnya.
Lanjut Rosita, pada awalnya ia hanya memberdayakan dua orang tetangganya dalam usaha ini. “Saya dibantu suami dan dua orang pembatik. Lalu hasilnya saya tawarkan ke kantor, dinas, maupun sekolah. Yang namanya baru memulai, tidak langsung laku. Apalagi ini batik tulis, yang harganya jelas lebih mahal dari batik cap,” jelasnya.
Namun, ibu dari satu orang ini adalah sosok yang pantang menyerah. Ia terus berjuang memasarkan batik khas Desa Klumprit, yang disebut menjadi batik tertua di Kabupaten Cilacap.
Batik yang ia tawarkan memiliki ciri khas dan corak asli Desa Klumprit secara turun-temurun, seperti Klabang Bures, Parang Angking, Truntun, Parang Kembang, Kawung, dan lain-lain.
“Saya juga kombinasikan dengan motif kekinian, namun tetap mempertahankan motif asli,” lanjutnya.
Kerja kerasnya secara perlahan membuahkan hasil menggembirakan. Respon pasar terhadap batik khas Desa Klumprit semakin positif, terlebih sejak masuknya Program Kemitraan Pertamina Kilang Cilacap.
BACA JUGA : Inspirasi di Balik Batik Iwatik Khas Kalimantan
“Alhamdulillah sejak menjadi mitra Pertamina Kilang Cilacap, usaha Batik Sekar Waru semakin lancar. Saat ini saya dibantu 10 orang karyawan, dan sekali waktu jika ada order dalam jumlah besar saya bisa memberdayakan 20 orang warga sekitar untuk menyelesaikannya,” katanya.
Rosita berharap usaha batiknya terus berkembang, dan turut serta menyejahterakan warga sekitar. “Batik Klumprit itu adalah salah satu warisan leluhur yang wajib dilestarikan. Melalui usaha ini, selain menjaga warisan para leluhur, kami juga berupaya semaksimal mungkin memberdayakan para ibu agar bisa berkarya dan menambah kesejahteraan,” ujarnya.